Oleh: Clarisa Mutriafica – Jurnalistik 2009
Mungkin sendiri itu indah.
Aku senang menyendiri,
Seperti saat ini.
Hanya ada aku dan komputer kecil ini.
Mendengarkan musik, sesekali mendengar tawa liar mahasiswa di sekelilingku.
Terkadang mendengar langkah kaki mereka yang berkeliaran entah ingin kemana,
Sesekali menyapa siapapun yang menyapaku dengan senyuman kecil.
Beberapa di antara mereka sama sepertiku,
Menunggu waktu untuk memulai sesuatu.
Bedanya, mereka tidak sendiri.
Ada teman yang menjadi tempat canda tawa mereka.
Ada kekasih tempat mereka saling bermanja ria.
Mungkin hanya sekali petugas menghampiri mereka yang terlalu bising dan mengganggu.
Setelahnya? Jangan ditanya.
Aku lihat mereka senang.
Mereka menebar tawa dan teriakan kegembiraan.
Entah apa yang mereka bicarakan dan mereka tertawakan.
Tapi yang jelas, aku lebih menikmati kesendirianku.
Lebih memilih untuk diam daripada bersuara.
Lebih memilih untuk bungkam daripada berteriak.
Lebih memilih sendirian daripada ditemani teman.
Ini waktuku.
Ini yang aku inginkan.
Aku merasa nyaman seperti ini.
Tidak ada yang mengganggu ataupun mengajakku berbicara.
Aku bisa berkhayal banyak hal.
Memikirkan apapun yang aku inginkan.
Menulis apapun pada komputer kecilku ini.
Mendengarkan apa yang ingin aku dengar.
Tak peduli dengan gerakan-gerakan setiap mahasiswa yang mengundang perhatian.
Siapa yang peduli?
Hanya mereka dengan teman-temannya.
Aku melihat perempuan tertawa lepas tanpa perduli.
Itu aku yang kemarin, tadi pagi.
Sekarang aku tidak seperti dia.
Setidaknya untuk saat ini.
Bukan penyendiri.
Bukan pemalu.
Bukan pemalas.
Aku hanya ingin menikmati hidupku.
Sisi lain dari diriku yang lebih banyak diam dari biasanya.
Aku diam saja.
Dan berpikir bahwa lebih nikmat seperti ini.
Mungkin.
Bagaimana dengan kalian?
No comments:
Post a Comment