Sunday, December 23, 2012

Perahu di Ujung Matahari


Oleh: Sintia Astarina



Suatu sore, duduk berdua denganmu di pantai pesisir
Memadu kisah kasih dalam cinta yang tak pernah kikir
Menunjuk arah akan datangnya samar petir yang getir
Di kala mendung adalah hiasan langit oranye, burung pun takkan menyingkir

Berhenti sejengkal, tinggalkan akal, jangan membual!
Susunlah kotak-kotak hati di atas rambut yang ikal
Jemari-jemari berdansa hingga ajal yang kekal
Di sini, kami tertawa tanpa adanya sesal

Lalu, semilir angin pun hantarkan aku menuju perahumu
Bawa saja aku ke mana kau kan melaju
Aku pasrah dalam dekap rindumu yang syahdu
Biar pesona indahnya langit Marina, sang saksi beradu

Deburan ombak pantai utara kini membawaku jauh
menuju ujung matahari Marina yang bulat dan utuh
Tembok tinggi penahan abrasi yang kaku
Takkan retak bila cinta kian lugu dan meragu

Sandarkan aku menuju hati bersama si perahu layar
Biar kutantang kerlipan mentari sore tak berbayar
Asal bisa terus singgah dalam bahagia rumah ikrar
dan membawamu menuju surga, sebagai batu singgah yang tak pernah ingkar

2012.

Sunday, December 16, 2012

Jurnalistik Radio : feature program, ULIK, Kisah Cinta Dosen UMN

Cover depan
Cover belakang

Ujian Akhir Semester
Jurnalistik Radio
Oleh : Hendrik, Kevin Septian, dan Christianto Rasli
(Jurnalistik 2010)

Feature Program
Nama Program : ULIK (Ulasan Menalik)
Tema : Kisah Cinta Dosen UMN
Narasumber : Ibnu Wahyudi (Mas Iben)






Saturday, December 15, 2012

Love Book


Oleh William Lim


Tak kusangka, sudah sampai halaman terakhir aku menulis di buku ini. Setelah sekian kalinya buku ini berpindah tangan, akhirnya sampai juga saatnya bagiku untuk menulis halaman terakhir dari buku ini. Buku apakah ini? Sehingga aku mau menjaga dan menyimpannya sampai sekarang?
            Buku Cinta, buku yang telah kumiliki sejak aku berusia lima belas tahun, tepatnya saat aku menduduki bangku SMA satu. Buku ini kunamakan buku cinta karena aku ingin menulis seluruh kisah cintaku di dalam buku ini. Aku menempelkan beberapa potongan hati di setiap beberapa halaman dari buku ini, sehingga tiap aku telah menulis sampai potongan hati berikutnya, aku hendak memberikan buku ini pada seseorang yang kusayang saat itu. Dan orang itu harus menuliskan segala hal tentangku baik maupun buruk di dalam buk itu. Sampai akhirnya ia menemukan potongan hati berikutnya, ia harus mengembalikan buku itu kepadaku.
            Banyak sejarah yang telah kuabadikan dalam buku ini, baik senang, sedih, suka, susah, dan sebagainya sampai akhirnya aku dapat hidup bahagia seperti sekarang. Mungkin aku akan membagi sedikit pengalamanku yang terindah. Pengalaman yang membawaku ke jalan yang benar, sehingga aku dapat hidup bahagia seperti sekarang.

BUZZ!!!

            Saat itu aku baru saja terbangun dari tidurku di perpustakaan kampus, rupanya Elizabeth masih bersamaku. Dia sedang mencari bahan untuk tugas yang dihadapinya.  Untung saja tugasku sudah kuselesaikan semalam. Tiba – tiba Robin muncul dan mengajak kami untuk keluar dari perpustakaan. Aku, namaku Aldy Stevanus, Robin Tantowi, dan Elizabeth Cynthia bersahabat baik. Kita bertiga sudah dekat sejak semester satu, kita mengambil jurusan yang sama dan rumah kita saling berdekatan.
            Saat sedang keluar dari perpustakaan, tiba – tiba saja aku bertabrakan denga seorang wanita cantik. Barang yang berada di tanganku dan barang yang berada di tangannya jatuh berserakan di lantai. Aku segera membantu memunguti barangnya yang jatuh karena ia terlihat terburu – buru. Setelah semua barangnya terpungut, dia mengucapkan terima kasih dan langsung bergegas ke perpustakaan. Baru setelahnya aku membereskan barangku.

BUZZ!!!

            Malamnya, aku menghabiskan hampir dua jam hanya untuk mencari buku cinta ku yang hilang. Memalukan sekali kalau sampai ada yang membacanya. Sepertinya buku itu tertinggal di kampus. Oh iya!! Buku itu terjatuh saat aku bertabrakan dengan wanita cantik di depan perpustakaan tadi! Bagaimana caranya aku bisa bertemu dengannya lagi ya? Pasti memalukan sekali kalau dia membaca isi buku itu.
            
Keesokan harinya aku mencoba mencari wanita cantik yang membawa buku cinta ku. Aku tak mau merepotkan temanku, jadi aku mencoba mencarinya sendiri. Sedangkan tugas –tugasku kuserahkan pada Elizabeth. Dia memang temanku yang terbaik. Dia selalu mau mengerjakan tugasku bila aku sedang dalam keadaan terdesak.
            Kampus sudah hampir tutup, namun aku belum juga bertemu dengannya. Bagaimana aku bisa mencarinya? Bertanya sama orang? Namanya saja aku tidak tahu. Lebih baik aku menunggu sampai takdir mempertemukan kita lagi. Sangat susah menari orang yang belum kita kenal. Sungguh kebetulan, pas aku sudah menulis sampai ketemu potongan hati, buku itu hilang. Sial!
            Eh! Rupanya dia tiba – tiba muncul di belakangku.”Ini punyamu kan?” tanya nya padaku. Kujawab “Ya!” dengan tanganku langsung menarik buku itu dari tangannya. Dia memperhatikanku sambil tersenyum lucu. Dia berkata “Maaf ya kalau aku sudah membaca buku tugasibadimu itu.” sambil tertawa kecil. “Eh, iya gapapa..” kataku sambil menyimpan rasa malu.
            Dia mengulurkan tangannya dan mengajakku kenalan.
“Namaku Christella, Christella Christie. Kalau kamu?”  Tuturnya lembut.
“Emm..  Aku A..Aldy, Aldy Stevanus. Salam kenal yah. Pasti kamu tertawa terbahak – bahak setelah membaca buku ini” Jawabku.
“Engga kok, aku malah tertarik sama cerita yang kamu tulis di dalam buku itu, itu novel yang sedang kamu tulis?”
“Emm..  i..iya. Novelku. Hehehe” Jawabku sambil berusaha menyembunyikan kalau itu adalah buku yang merefleksikan kisah cintaku.
“Oh! Hebat! Kamu pasti anak ilmu komunikasi ya? Makanya kamu menulis novel.”
“Emm. Iya, emangnya kamu jurusan apa?”
“Aku jurusan Mangemen, salam kenal ya! Aku sudah dijemput nih! See you!”

            Dalam hati aku berpikir. Apakah benar kalau dia tidak tau mengenai buku ini? Di halaman terdepan saja aku sudah menulis aturan tentang buku ini bila suatu saat nanti aku memberikan buku ini pada seseorang yang kucintai. Pasti ia berpura – pura tak tahu menahu tentang buku ini.
            Aku mencoba memeriksa isi buku ini. Setelah aku membalik sampai halaman terakhir yang kutulis, rupanya masih ada tulisan di belakangnya, tulisan setelah potongan hati tempat ku berhenti menulis.  Rupanya dia mengerti aturan buku itu dan menulis didalamnya juga. Hebat, dalam semalam dia telah memenuhi hampir lebih dari tiga halaman. Padahal dia baru kenal denganku hari ini.


            Aku coba membaca apa yang dia tulis, aku ingin tau apa yang ia tulis tentangku. Padahal saat dia menulis ini, ia sama sekali belum mengenalku. Ternyata, yang ia tulis hanyalah mengenai penampilanku. Pastinya, karena ia juga baru mengenalku. Ia menghabiskan 3 halaman hanya untuk menceritakan penampilanku. Dari tulisannya “Walau hanya sekilas aku berpapasan denganmu, aku seperti bertemu dengan seorang artis yang kusuka. Aku hanya merasa seperti bertabrakan dengan artis.”  aku dapat mengira kalau dia suka denganku. Suka pada pandangan yang pertama. Suka dengan penampilanku tentunya.

BUZZ!!!

            Setelah itu, aku jadi sering bertemu dengannya di perpustakaan. Ia sering mengajakku belajar bersama walau jurusan kita berbeda. Terkadang ada mata kuliah umum yang ia tak mengerti, ia memintaku untuk mengajarinya. Kalau aku terlalu sibuk belajar sampai – sampai aku lupa minum, ia memberiku air minum. Beda sama Elizabeth yang bisanya ngomel melulu kalau lagi belajar bersama denganku.
            Lama – lama aku jadi tertarik dengannya, wajah manis serta perilakunya yang polos membuatku jatuh cinta. Aku menceritakan perasaanku ini pada Elizabeth dan Robin. Kalau Robin sih mendukung banget, karena rupanya si Christella ini rupanya teman SMP nya si Robin. Sedangkan si Elizabeth hanya  bisa marah. “Kamu itu kok mikirin pacara melulu! Pacaran melulu! Aku udah males denger deh kalo orang ga mapan ngomongin tentang pacaran!” Bentaknya.

BUZZ!!!

            Akhirnya aku PDKT ku berhasil! Aku berhasil mendapatkan hatinya Christella. Tentunya karena bantuan Robin juga yang memberiku kemudahan seperti meminjamkan mobil, meminjamkan caffee nya untukku dan Christella berduaan, meminjamkan villanya, dan lain – lain. Bahkan kejutan yang kuberikan pada Christella juga dibantu banyak proses nya oleh Robin. Ia banyak memberi bantuan materi. Lumayan juga yah kalo punya teman baik orang kaya dan tidak pelit seperti Robin.
            Sekarang Christella sudah menjadi pacarku. Rasanya hidupku lengkap sudah. Punya teman baik yang satunya pintar, satunya kaya, dan punya pacar yang cantik. Kurang apa lagi hidupku sekarang, sudah bahagia kan? Tapi bolehkah aku menceritakan kebahagiaanku lebih banyak lagi?

BUZZ!!!

            Hubunganku berjalan baik – baik saja, bahkan kami sering belajar bersama. Karena sering belajar bersama, aku jadi mengerti banyak tentang ilmu mangemen. Bahkan terkadang ia memintaku untuk membantunya mengerjakan peer managemennya. Lumayan lah untuk menambah ilmu. Aku jadi mengerti banyak tentang managemen walau aku hanyalah anak ilmu komunikasi.
            Suatu hari, saat aku sedang dinner bersama Christella, telelfonku bergetar (karena dalam mode silent). Aku hendak mengangkatnya namun, “DUB!!”
“Aldy, boleh ga kalau kita lagi berdua itu engga ada yang ganggu?”
“T..tapi ini ada telefon, mungkin saja penting, mungkin saja dari orang tuaku.”
“Gak mungkin! Gak mungkin dari orang tuamu! Mereka kan sudah tau kalau kita lagi pacaran!”
“Tapi Chris, mungkin saja ini penting!”
“Kamu lebih pilih aku apa kepentingan kamu?! Seharusnya kamu tau dong kalau kita lagi berdua yang mana harus diprioritakan!!”
            Sebelum situasi semakin memanas, lebih baik aku mengalah padanya. Mungkin saja dia lagi PMS, sehingga ia tidak dapat menahan emosinya. Baru hari ini Christella terlihat sangat buas bagaikan singa yang tak makan lima hari. Selama lebih dari 4 jam aku menahan getaran telefon dipahaku karena aku tak kuasa mengangkatnya.
            Setelah mengantar Christella pulang (kuantar dia menggunakan mobil yang kupinjam dari Robin karena gengsi sama Christella yang orang kaya, sedangkan aku bukanlah anak orang kaya seperti Elizabeth dan Robin) aku baru berani melihat BB ku. Rupanya Robin yang menelefon, ada sekitar 47 missed call darinya. Ada apa yha dia telefon sampai berulang kali?
            Karena baterai BB ku sudah habis, aku tak dapat menelefon balik. Sehingga kuputuskan untuk mencari Robin di apartementnya. Sesampaiku di apartementnya, layaknya orang yang sopan, aku mengetuk terlebih dahulu. “BUUK!!” Aku menapat pukulan keras dari Robin tepat di pipiku. Aku terbawa emosi.
“LOE KENAPA SIH?! GUE BARU DATENG LANGSUNG LOE PUKUL? MAO LOE APA?!”
“HEHH!! ALDY! LOE JADI ORANG TAU DIRI YE! GUE UDAH KASIH LOE APA YANG LU MAO, GILIRAN GUE MINTA TOLONG AJA GA LU KERJAIN!”
“Emang loe minta tolong apa sama gue?”
“OHMYGOD! LOE LUPA!! TADI GUE DIPANGGIL SAMA DOSEN BAHASA INGGRIS GARA – GARA TUGAS GUE GA ADA SATUPUN YANG BERES!! MASIH ENGGA SADAR LOE?!”
“Aduh sorry Bin gue lupa. Gue sibuk ngerjain tugasnya Christella.”
“AHH UDAH DIEM AJA LOE!! TEMEN GA BISA DI HARAP LOE EMANG! KALO ELIZABETH GA SAKIT JUGA MENDING GUE MINTA TOLONG SAMA DIA!”
“GUBRAKK!!!” (Robin membanting pintunya dengan keras)
            Aku jadi merasa bersalah pada Robin, aku menaruh kunci mobilnya di kotak surat karena ia lupa mengambilnya. Aku lupa mengerjakan tugas bahasa inggris yang suda ia titipkan padaku sejak satu bulan lalu. Aku lupa mengerjakannya karena terlalu sibuk bersama tugas Christella. Apakah aku sudah salah? Oh iya! Aku kenapa tidak tahu kalau Elizabeth sakit?
            Setelah kutanya, rupanya Elizabeth sedang mengidap tifus. Ia sudah absen kuliah selama satu minggu, dan parahnya aku tidak menyadarinya. Aku terlalu sering menghabiskan waktu bersama pacarku, sehingga teman – teman baikku kurang kuperdulikan. Tapi entah kenapa aku tetap merasa bahagia. Ada sih rasa bersalah sama mereka. Cuma, aku hanya merasa hidupku ini sudah sempurna bila kujalani bersama Christella.

BUZZ!!

            Aku jadi jarang berkomunikasi dengan Robin. Sepertinya ia benar – benar marah denganku. Aku jadi tak bisa meminjam mobilnya untuk mengantar Christella lagi. Akhirnya aku mengakui kalau sebenarnya aku tak punya mobil pada christella. Untungnya dia mau mengerti dan tetap mencintaiku. Kebahagiaanku bertambah setelah mengetahui semua itu.
            Untungnya aku masih dekat dengan Elizabeth si tukang marah. Berulang kali ia menyuruhku untuk meminta maaf kepada Robin. Elizabeth tidak mau persahabatan kita pecah. Namun aku mengabaikannya. Seharusnya si Robin yang meminta maaf kepadaku, bukan aku yang meminta maaf kepadanya. ” Kalau persahabatan kita tak seperti dulu itu karena Robin yang salah! Bukan aku!” Sentakku padanya.
            Makin hari makin kurasakan kalau tugasku makin berat. Mungkin karena terlalu banyak tugas Christella yang harus kukerjakan. Hampir setiap hari aku begadang hanya untuk mengerjakan tugasnya. Sepertinya Christella menyerahkan semua tugasnya padaku. Jadi apa yang dia kerjakan? Sudahlah, tak ada gunanya dipikirkan.
            Untung saja Elizabeth mau membantuku mengerjakan tugas – tugasku. Sehingga aku tidak terbengkalai. Ia baik sekali sampai – sampai mau pulang malam hanya untuk mengerjakan tugasku. Elizabeth mengatakan kalau aku bodoh karena aku mau diperbudak sama Christella. Namun aku menjawabnya kalau itu adalah cinta, bukan soal perbudakan.    
            Suatu hari, saat aku sedang jalan berduaan sama Christella, telefonku berdering. Rupanya itu dari Elizabeth, aku sengaja ke toilet agar bisa mengangkatnya. Mungkin saja ini penting. Aku tak mau tragediku dengan robin terulang kembali.
“Halo! Ada apa Beth?”
“TUGAS mu udah selesai nih, aku masih di perpus, kamu bisa anter aku pulang ga?”
“Bisa Beth! Tapi tunggu yha, aku temenin Christella dulu. Sebentar lagi aku pulang kok.”
            Jam menunjukan pukul lima sore, mungkin sekitar jam enam Christella sudah mengajaku pulang. Sehingga Elizabeth tak perlu menunggu terlalu lama.
            Saat aku kembali pada Christella, aku terkejut karena ia telah memegang dua tiket bioskop yang dimulai jam setengah tujuh. Kalau aku menegurnya kenapa ia tidak bertanya padaku dahulu sebelum membeli tiket, pasti dia akan curiga. Terpaksa aku menuruti kemauannya. Mungkin filmnya hanya akan memakan waktu satu jam. Elizabeth pasti masih bisa menunggu sambil belajar.

BUZZ!!!

            Film baru saja selesai dan jam sudah menunjukan pukul delapan malam. Selama film berlangsung, aku merasakan getaran dari BB ku. Pastinya itu dari Elizabeth, dia pasti sudah menunggu terlalu lama. Tapi aku kenal dia. Dia tidak pernah marah kalau disuruh menunggu terlalu lama.
            Akhirnya kami keluar dari mall, namun saat aku hendak mengantar Christella pulang, ia mengajakku untuk dinner di tempat biasa. Tempat yang agak jauh dari kampus. Lagi – lagi aku terpaksa menuruti kemauannya. Elizabeth juga pasti mengerti keadaanku. Tapi, kok jalanannya becek ya?
            Sekarang jam sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam. Aku sudah mengantar Christella pulang. Dan sekarang aku punya kuasa untuk melihat BB ku. Ada sepuluh SMS dari Christella yang bertuliskan.
“Aldy, udah jam  6 nih! Mana loe?”
 “Aldy, aku masih ada tugas yang ketinggalan di rumah. Tolong jangan lama – lama dong”
“Aldy, kampus udah mau  ditutup. Kamu mana?”
“Aldy, kampus udah ditutup. Aku tunggu di taman yah. Aku ga bisa pindah – pindah karena bawaanku berat banget”
“Aldy, udah jam setengah delapan. Cepetan dong!”
“Aldy, udah mau hujan. Tolong jemput aku”
“Aldy, hujan nih. Aku masukin TUGAS kamu ke tas aku deh biar TUGAS mu ga kehujanan. Jangan lama – lama yha”
“Aldy, kalau hujan ga usah jemput aku dulu deh. Cari tempat berteduh aja dulu supaya kamu ga kehujanan.”
“Aldy, hujan udah berhenti. Ayo jemput aku sekarang.”
“Aldy, udah hampir jam sembilan. Aku pasti dimarahin papaku. Cepat jemput aku. Aku mohon!”
            Aduh! Elizabeth pasti kehujanan, kasihan sekali dia. Aku bergegas menjemputnya. Yang membuatku terharu, saat aku sampai disana, dia masih duduk di taman sambil memeluk tas nya agar TUGAS ku tak kehujanan. Sedangkan TUGAS nya sudah basah kuyup. Bahkan ada yang robek karena terlalu basah. Ia terlihat seperti menangis.
“Beth, maaf yah aku kemaleman jemput kamu.”
“Gapapa koq Dy, yuk kita pulang sekarang. Nih, TUGAS mu udah kuamain.”
“Trus TUGAS mu gimana?”
“Udah gapapa, aku bisa kerjain ulang”
            Aku jadi merasa sangat berhutang pada Elizabeth. Baru kali ini ia terlihat seperti malaikat. Rasa bersalah terus menyelimutiku selama perjalanan pulang. Mungkin ini adalah salah satu dari kebahagiaan mutlak yang kumiliki. Tuhan memberiku teman baik seperti Elizabeth.

            Aku sedang belajar bersama Elizabeth di perpustakaan karena satu bulan lagi kita menghadapi UAS. Karena terlalu banyak mengurusi TUGAS Christella, aku jadi ketinggalan banyak pelajaran. Untung saja Elizabeth mau mengajari semua pelajaranku yang tertinggal.
            Tiba – tiba telefonku berbunyi dan itu dari Christella. Segera aku mengangkatnya dan rupanya ia hanya ingin aku menjemputnya dari rumah dan mengantarnya ke studio rekaman. Dia baru saja diterima sebagai penyanyi solo oleh suatu production yang sudah ternama.

            Karena tak ingin mengecewakannya, aku bergegas menjemputnya. Aku mengebut sekencang – kencangnya agar dia tidak menunggu terlalu lama. Untung saja jalanan sepi. Jadi tak ada yang menghalangiku mengendarai motor. Namun tiba – tiba….
*GUBRAKK!!! *
BUZZ!!!

            Aku sudah terdampar di rumah sakit. Aku mengalami kecelakaan hebat. Elizabeth berada di sampingku. Aku heran kenapa dia yang ada di sampingku. Kenapa bukan Christella? Tidak! Rupanya kakiku sudah diamputasi dua – duanya! Emosi ku meledak dan semuanya kulempar pada Elizabeth.
“KEMANA KEDUA KAKIKU??!!”
“KENAPA KAMU YANG BERADA DI SINI?? MANA CHRISTELLA?!! PASTI KAMU MENGUSIRNYA!!”
“Cukup Dy Cukup. Kakimu diamputasi atas keputusan dokter. Christella yang ga mau lagi jagain kamu, makanya aku yang gantian jagain.”
“GA USA BOONG!! ARGHH!! TELEDOR SEKALI KAMU MENGIZINKAN DOKTER MENGAMPUTASI KAKIKU!! KAMU SENANG KALAU AKU TAK BISA JALAN?!! PUAS KAMU!!??”
“Bukan gitu Dy..”
“AKU GA MAU DENGER APA – APA LAGI! CHRISTELLA JUGA GA MUNGKIN GA MAU JAGAIN AKU!! GA USAH BOHONG!”
“Yaudah terserah kamu mau ngomong apa!! Aku udah capek sama kamu!! Aku nyesel udah baik sama kamu!!”
            Elizabeth pergi meninggalkanku, kucoba untuk bangkit dan naik ke kursi roda. Aku ingin mencari Christella. Aku rindu padanya. Aku bergegas keluar dari kamar, keluar dari rumah sakit tanpa sepengetahuan dokter yang menanganiku. Aku sudah tidak sabar.
            Aku menjalankan kursi rodaku ke kampus, aku sudah hafal sama jadwalnya Christella, dan aku yakin sekarang ia berada di kampus. Untung saja rumah sakit ini jaraknya tidak terlalu jauh dengan kampusku. Sesampaiku di kampus, banyak mata tertuju padaku. Namun mataku hanya tertuju pada Christella.
            Akhirnya apa yang kucari telah kutemukan. Namun apa yang kutemukan tak sesuai dengan yang kuharapkan. Kulihat Christella sedang bersama Robin, mereka bergandengan tangan seperti yang biasa kulakukan dengan Christela. Aku tak bisa percaya akan apa yang kulihat.
           
Saat aku menghampiri mereka, Christella berkata.
“Aldy, maaf yah. Hubungan kita ga bisa berlanjut. Aku merasa kalau kita engga cocok lagi. Jadi maaf yah.”
Ia mengatakan kata perpisahan itu sambil mengembalikan semua barang yang pernah kuberikan padanya. Termasuk cincin yang kuberikan saat valentine. Sungguh rasanya hatiku ingin koyak.
            Saat aku kembali ke rumah sakit, aku bertanya kepada suster yang merawatku. Dan ia menceritakan segala yang terjadi selama aku tak sadarkan diri. Rupanya aku sudah koma selama tiga minggu lebih. Aku mengalami kecelakaan hebat yang sangat melukai kedua kakiku. Sehingga kedua kakiku harus diamputasi.
            Selama aku koma, Christella hanya menemaniku selama 3 hari. Setelah itu ia tak pernah kelihatan lagi di rumah sakit untuk menjagaku. Baru setelah itu, Elizabeth lah yang menjagaku. Elizabeth menjagaku dari siang hingga malam. Sampai – sampai ia mengerjakan tugas di sampingku, bahkan tugasku pun dikerjakan olehnya.
            Elizabeth juga selalu mengganti bunga di kamarku dikala bunga itu sudah layu. ia membersihkan ruanganku kalau kotor. Bahkan terkadang ia mengecup keningku saat ia mau pulang ke rumahnya. Itulah yang diceritakan oleh sang suster. Bahkan si suster mengira kalau Elizabeth adalah pacarku.

BUZZ!!

            Sekarang aku sadar kalau wanita yang benar – benar menyayangiku adalah Elizabeth. Saat aku mencarinya di rumahnya, adiknya mengatakan bahwa ia sudah pindah kuliah di luar negeri. Sedangkan aku sendiri sudah di DO dari kampus karena saat aku koma tak ada yang mengurus perizinanku.
            Sekarang aku benar – benar tak tahu harus bagaimana lagi. Aku kehilangan Christella, Robin, dan Elizabeth. Sudah tidak ada lagi yang mau menjadi temanku. Keluargaku juga jauh di luar kota sana. Sekarang aku tak punya siapa – siapa lagi. Apakah ini juga kebahagiaan untukku?
            Aku mencoba mencari tempat sepi dan merenung. Andai aku tak memarahi Elizabeth, maka ia masih disini bersamaku. Jika aku tak kehilangan kakiku, maka aku tak akan memarahinya. Jika aku tak kecelakaan, maka aku tak akan kehilangan kaki. Jika aku tak terburu – buru, maka aku tak akan kecelakaan. Jika bukan karena Christella, maka aku tak akan terburu – buru. Jika…maka…Jika…maka..jika…maka………………………@&#^)@#)*@#*)&@^#&^*@^#

*DOORR!!!!*

            Kisahku berakhir dengan bunuh diri. Tapi, bukankah yang kujanjikan adalah menceritakan tentang kebahagiaan? Bukankah yang ingin kubagikan adalah pengalaman yang membawaku pada kebahagiaan? Jadi kenapa sekarang  aku mati? Lalu siapa yang bercerita sekarang? Siapa yang menulis di buku cinta sampai halaman terakhir jika aku sudah mati?

BUZZ!!! BUZZ!!!

            Aku terbangung lagi dari tidur siangku. Aku tertidur di perpustakaan saat sedang belajar dengan Elizabeth. Sungguh mimpi buruk yang sangat panjang untuk sekedar tidur siang. Tiba – tiba Robin mengajak untuk keluar dari perpustakaan. Aku masih bingung akan mimpiku, namun saat keluar dari perpustakaan, aku bertabrakan dengan seorang wanita cantik yang sepertinya ada di dalam mimpiku. Barang yang ada di tangannya berserakan di lantai, namun aku hanya memungut barang – barang ku yang terjatuh( terutama buku cinta ku) dan pergi meninggalkannya. Setelah itu, hidup yang kujalani tak sama seperti yang ada di dalam mimpi.

Pelangi Itu Masih Ada



Pelangi Itu Masih Ada 
Oleh : David Mario


Mendungnya langit tak dapat ku hindari
Mendungnya langit tak dapat ku pungkiri
Mendungnya langit tak dapat kusangkali
Mendungnya langit memang benar terjadi 

Suara gelegar itu menghantam kupingku
Suara gelegar itu menggetarkan hatiku
Suara gelegar itu menakutkan jiwaku
Suara gelegar itu memang melanda Indonesiaku

Hujan deras datang membasahi  tanah ini
Hujan deras datang membuatku menunggu begini
Hujan deras datang membawa kabar ini
Hujan deras memang datang  untuk negeri ini

Ada tangis dibalik jeritan itu
Ada pilu dibalik kesedihan itu
Ada  usaha dibalik sukses itu
Ada kerja keras dibalik kokohnya semangat itu
Ada pelangi indah dibalik penderitaan itu
 

Friday, December 14, 2012

Fikom Night 2012 : Its Your Broadway!



Pintu Masuk Function Hall
It's Your Broadway! Ya... itulah tema yang diusung oleh Fikom Night 2012. Acara yang berlangsung pada Kamis, 13 Desember 2012 pada pukul 5 sore ini nyatanya begitu meriah. Banyak mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UMN yang turut meramaikan acara ini. Terbukti dengan penuhnya Function Hall dan bangku-bangku yang hampir terisi penuh.

Konsep Broadway semakin terasa ketika panggung Function Hall dikelilingi sorot cahaya lampu warna-warni yang mampu menambah suasana Broadway sesungguhnya! Dengan mengusung tema yang lain dari biasanya, Fikom Night 2012 tidak hanya menjadikan acara ini sebagai wadah untuk berkumpul, tetapi mengajak mahasiswa Fikom untuk menunjukan bakatnya di bidang musik, tari, akting, dan sebagainya. Ada tujuh finalis yang lolos audisi dan tampil malam ini, yakni E-Fresh, D'Archipelago, Finelle, Cherly Boys, Serambi Sendja, Gabby M. Runtu, Candeza. Mereka memberikan performa terbaik demi memenangkan uang tunai dengan total Rp 5.000.000.
Broadway Stage

Uniknya, para mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi dapat mendukung ketujuh finalis dengan memasukkan koin 500 ke starbox yang tersedia di bagian belakang Function Hall. Antusiasme yang luar biasa nyatanya mampu menarik banyak mahasiswa untuk berpartisipasi. Teriakan demi teriakan untuk mendukung finalis favorit masing-masing kian menggema ketika para finalis tampil di atas panggung. Semuanya begitu memikat dewan juri yang terdiri dari Riris Marpaung, Benny Jurdi, dan Iqbal Maulana.

Selain itu malam puncak Fikom Night 2012 juga dimeriahkan oleh penampilan dari NNVistic dan Sit Back. Sampai akhirnya, pengumuman pemenang pun dibacakan. Candenza berhasil meraih posisi III, E-Fresh di posisi II, dan Cheerly Boyz nyatanya mampu merebut posisi pertama! Selamat kepada Cheerly Boys yang juga menjadi juara terfavorit dari penghitungan koin terbanyak.

Seluruh finalis telah menampilkan hasil terbaik, begitu juga dengan panitia-panitia yang rela membanting tulang demi terselenggaranya acara Fikom Night 2012 ini. Semoga Fikom Night tahun depan bisa lebih berkesan dan memunculkan ide segar guna mengakrabkan para mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UMN lebih dekat lagi. Proficiat untuk Fikom Night 2012!

Wednesday, December 12, 2012

Keterbatasan Bukan Batasan


Oleh :

V.2 Production

Putri Suryani
Christianto Rasli
Mario Mediantoro
Leonita
Dona Handayani
Indah Lestari

(Jurnalistik 2010)

Profil : Dahlan Iskan Sang Inspiratif


Dahlan Iskan
(gambar diambil dari hukum.kompasiana.com)

Dahlan begitu inspiratif karena kesederhanaannya, jiwanya yang bebas, optimis, bertanggung jawab, dan pikirannya yang luar biasa.


Dahlan Iskan, pria kelahiran Magetan, 17 Agustus 1951 dari keluarga petani. Sempat selama dua tahun ia menjadi mahasiswa di IAIN Samarinda. Namun, tak selesai karena ia mengaku telah jatuh cinta pada koran kampus. Mulailah ia menjadi wartawan lokal.

Lembaga swadaya masyarakat Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES) mengadakan program kerja magang di Jakarta, ia terpilih dan dapat magang di majalah Tempo. Ia berada di bawah komando Pemimpin Redaksi Bur Rasuanto. Prestasinya, laporan eksklusif terpidana mati Kusni Kasdut dari penjara Cipinang.

Setelah selesai magang, ia kembali ke Samarinda. Sesekali member kontributnya kepada Tempo. Dikala ada tragedi Tampomas II terbakar dan tenggelam, Dahlan menurunkan dua laporan utama untuk Tempo. Dua edisi berturut-turut meulis tentang peristiwa yang menewaskan lima ribu penumpang di perairan Masalembo, Laut Jawa membuatnya dipromosikan untuk menduduki kepala biro Tempo di Surabaya.

Ketika Grafiti Pers membeli koran Jawa Post (1982), Eric Samola menunjuk Dahlan mengelolanya karena ia sudah mengetahui dengan baik wilayah Surabaya. Kepala sirkulasi dipegang oleh Imam Soeroso. Orang Tempo di Jakarta menilai mereka berdua ‘nekat’ mengelola Jawa Post yang diprediksi suram.

Jawa Post yang terbit pertama kali pada 1 Juli 1949 ini dimiliki oleh penggagasnya, yakni The Cung Sen. Koran yang berhaluan liberal ini, awalnya tergolong pers Cina yang menitikberatkan beritanya pada ekonomi, terutama perdagangan. Ketika dibeli Samola, koran ini hanya sepuluh persen dari oplah Surabaya Post, wajar banyak yang pesimistis.

Samola memberi modal kerja Rp 45 juta. Dahlan menerapkan program penghematan dan hanya menggunakan Rp 30 juta sampai Jawa Pos sudah mampu mandiri. Laki-laki yang menjiwai sifat jurnalis ini membenahi penampilan koran. Gambar dan foto di halaman pertama menjadi berwarna. Jajaran redaksi diperbaharui. Wartawan dikerahkan untuk mencari berita, bukan menunggu siaran pers atau undangan jumpa pers saja. Feature dan analisis berita diterapkan. Redaksi wajib siap siaga sampai pukul dua pagi. Jajaran tata letak harus bekerja keras kerja sambil berdiri sepanjang hari. Dahlan membuka jaringan penjualan melalui keluarga dan anak-anak sekolah. Lima tahun pertama oplah Jawa Pos luar biasa meningkat.

Peningkatan luar biasa sampai tahun 1990 ini sudah berhasil membawa Jawa Pos ke dalam deretan pertama koran paling laku di Indonesia. Lima tahun kedua (1987-1992) omset Jawa Pos mencapai Rp 38,6 miliar dengan oplah berjumlah 300 ribu eksemplar per hari. Sesuai slogan kampanye, “koran nasional yang terbit dari Surabaya”, Jawa Pos merambah keluar Surabaya dengan membentuk Jawa Pos News Network (JPNN) (1987) dengan Dahlan sebagai Chief Executive Officer. JPNN adalah jaringan yang memeasok berita ke 80 media cetak yang dimilikinya. Semua saling terhubung dan dapat diakses melalui bank data JPNN.

Tahun 2000, Jawa Pos memiliki 67 koran, tabloid, dan majalah. Grup Jawa Pos memiliki 40 jaringan percetakkan. Tahun 2002, Jawa Pos melebarkan sayap ke dunia televisi lokal. Meskipun sudah berhasil, Dahlan belum juga memiliki ruang kantor di gedung perkantoran Graha Pena, tidak memiliki nomor telepon khusus juga.  Dahlan yang rutin menghubungi sekertarisnya untuk melaporkan posisinya.

Dahlan selalu tampil sederhana bebas meskipun sekarang (2011) ia sudah menduduki jabatan Menteri BUMN setelah sebelumnya ia menduduki posisi direktur utama PLN dan membawa PLN kea rah yang jauh lebih baik. Ia tetap seorang yang seperti dulu, dan selalu dihormati oleh karyawannya. Dahlan begitu inspiratif karena kesederhanaannya, jiwanya yang bebas, optimis, bertanggung jawab, dan pikirannya yang luar biasa.


Ditulis pada 9 Januari 2012
Oleh Putri Suryani (Jurnalistik 2010)

Tuesday, December 11, 2012

Divisi Jurnalistik I'MKOM Gen 3

Kepengurusan Divisi Jurnalistik I'MKOM Gen 3 (periode 2012-2013) :
- Christianto Rasli (2010)
- Rheta Dwi Lestari (2011)
- Sintia Astarina (2011)

Selain memberi informasi, blog ini juga akan menampilkan karya-karya mahasiswa jurnalistik UMN. Seperti cerpen, puisi, videografi (iklan, film pendek, dll). Tidak tertutup kemungkinan untuk teman-teman 2012, kalau kalian punya karya, bisa dikirim juga loh! Apapun bentuk karya/tugas kalian bisa dikirimkan ke email kami di persmailkom@rocketmail.com, mention @PERSMAumn, hubungi contact person diatas.

I'MKOM, together we can!

Monday, December 10, 2012

I'MKOM Gen 3 Resmi Dilantik


Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Fakultas (HMF), dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Universitas Multimedia Nusantara periode 2012-2013 resmi dilantik pagi ini (10/12) di Function Hall. Dalam kata pengantarnya, Rektor UMN, Dr.  Ninok Leksono mengatakan agar mahasiswa selama masa studinya di UMN tidak hanya menuntut ilmu saja tetapi turut aktif berorganisasi juga.

“Saya berharap, selama masa studi di UMN, mahasiswa tetap mengutamakan ilmu, tetapi kalau hanya menuntut ilmu saja akan terasa ‘kering’. Manfaatkan waktu untuk berlatih berorganisasi karena melalui organisasi  kita bisa  belajar kepemimpinan. Jangan sampai masa belajar di UMN monoton dan tidak berwarna. Pergunakan kepengurusan ini untuk memberi nilai tambah selama di UMN, agar setelah lulus nanti akan punya kenangan tersendiri yang lebih kaya dan memiliki pengalaman,” katanya.

Pelantikan diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars UMN. Lalu diikuti oleh kata sambutan oleh Ketua KBM 3, Putri Suryani dan kata sambutan oleh Ketua BEM 2, Preva Dimas. Kepengurusan BEM akan dilantik oleh KBM, sedangkan kepengurusan HMF dan HMJ dilantik oleh Kaprodi masing-masing fakultas/jurusan.

Karena Ibu Bertha Sri Eko selaku Kaprodi Ilmu Komunikasi berhalangan hadir, maka I’MKOM dilantik oleh Bapak Ambang Priyonggo selaku sekretaris prodi ilmu komunikasi. Adapaun ke-18 anggota I’MKOM yang dilantik ialah :

Ketua : Ananda Wondo (PR 2010)
Wakil Ketua : Nicko Purnomo (Jurnal 2011)

Sekretaris : Katharina Moli (PR 2010) dan Cinthya Tania (PR 2011)
Bendahara : Herdi Setiawan (PR 2010) dan Dina Sagita (PR 2011)

Divisi ARD : Angela Andriani (PR 2010), Nindya Putri Erlyta (PR 2011), Nicola Malva (PR 2011)

Divisi PR : Jessica Riadi (PR 2010), Jan Kristoforus (PR 2010), Diana Febi Winata (PR 2011)

Divisi Jurnalistik : Christianto Rasli (Jurnalistik 2011), Sintia Astarina (Jurnalistik 2011), Rheta Dwi Lestari (Jurnalistik 2011)

 Divisi Kesma : Pramuda Wardani (PR 2010), David Mario Hutabarat (PR 2011), Clara Alverina (Jurnalistik 2011)

Selamat mengemban amanah untuk ke-18 pengurus I’MKOM periode 2012-2013.
 I’MKOM, Together We Can!

Friday, November 16, 2012

Torres Ingin ke Spanyol, Hamman Malah Berharap El Nino


Fernando Torres mengalami penurunan performa semenjak masuk Chelsea pada bulan Januari 2011. Seperti dilansir nesn.com, pemain yang mencetak 81 gol untuk Liverpool tersebut ingin kembali ke Spanyol.
Sejak kepindahannya di Chelsea, Torres merasa kesal karena lebih banyak duduk di bangku cadangan dan hanya bermain pada saat-saat terakhir. Di tahun pertamanya tidak banyak gol yang ia cetak seperti waktu di Liverpool. Hanya tercatat 11 gol saat ia bermain pada 57 laga berseragam London Biru.
Tak heran, pemain kelahiran 20 Maret 1984 ini berencana untuk keluar dari The Blues di akhir musim 2011-2012. Namun, manager Chelsea, Roberto di Matteo meyakinkan dia akan mendapatkan peran besar di pertandingan-pertandingan selanjutnya.
Pemilik klub Chelsea, Roman Abromovich juga mempersiapkan diri untuk mengeluarkan pemain yang sering dijuluki El Nino tersebut. Namun sebelumnya, mantan pelatih The Blues, Rafa Benitez pernah menyatakan adanya harapan terhadap Fernando Torres.
“Saya yakin Fernando bisa lebih baik tetapi tim sendiri juga harus membantunya. Kita harus memberikan kesempatan dan kepercayaan”, ujarnya seperti dikutip the sun.co.uk.

Sementara itu, sebelumnya,  seperti dilansir harianolahraga.com, mantan punggawa LiverpoolDietmar Hamann berharap mantan klubnya itu bisa membawa pulang Torres, jika ingin kembali berjaya.
“Saya akan membawa Torres pulang besok,” ujar Hamann jika dia berandai menjadi pelatih The Reds saat ini.
“Alasan lain, dia bakal kembali ke bentuk permainan terbaiknya, jika dia berseragam The Reds,” sambung Hamann, seperti dikutip Goal, Kamis (15/11/2012).




Oleh Zerica Estefania Surya - Jurnalistik 2011
   Tugas Penulisan Berita Media Cetak            

Friday, September 21, 2012

Cerpen

MUSUHKU, CINTAKU

 oleh Angela Limawan

Tidak setiap orang sama walaupun dia tinggal di negara yang sama. Memiliki budaya, bahasa, kehidupan yang sama. Tapi pribadi seseorang tidak akan sama. Itulah satu hal yang sangat penting baru aku pelajari. Walaupun aku membeci negara itu, tapi aku akan salah jika aku membenci semua orang dari negara itu. Bukan negaranya yang jelek dan menyebalkan tapi sebagian orang di dalamnya yang membuat negara itu terlihat buruk di mata orang lain. Bahkan ternyata dengan beberapa orang yang suka membuat ulah dengan negara lain, bisa menjadikan sebagian warganya juga ikut membenci negaranya sendiri. Tentu saja karena negaranya terus menerus membuat konflik dengan negara lain. Ini benar – benar pengalaman yang luar biasa dalam hidupku, karena Tuhan benar – benar membuka mataku agar aku sadar bahwa selama ini aku telah salah menilai orang. Dan aku lebih menyesal lagi saat sadar bahwa orang yang aku benci adalah orang yang kelak bisa membuatku jatuh cinta padanya.
            “ Gung, u ambil jurusan ap?”                                                
            “ Gw ambil komunikasi. U?”
            “ Gw bisnis. Wah, beruntung banget u. Tadi gw liat cewek cantik banget lagi nyari kelas. Dia komunikasi juga. Eh, kalo u uda kenal dia, kenalin gw y!”
            “ Dasar u! Uda sana masuk, gw juga mo masuk. Ntar ketemu di kantin y.”
            Di dalam kelas, tiba – tiba mataku tertuju pada seorang gadis cantik dengan rambut lurus, putih, lembut. Dan dalam hatiku berkata,” Siapa dia? Apa aku jatuh cinta pada pandangan pertama? Dia benar – benar tipe cewekku.” Aku langsung berkenalan dengannya.
            “ Halo, nama w Agung Pranata. Nama u?”
            “ W Tifanny Khrisma. Salam kenal.”
            Dalam hatiku berkata lagi,” Wah, ni cewek ga canggung kenalan ama orang baru. Ga neko – neko kaya cewek laen y.”
            “ Hai Agung sayang, ko kamu ninggalin aku sih! Kita duduk bareng y.” Langsung duduk di sampan Agung sambil memeluknya.
            “ Eh, Cas apa – apaan sih u.  Ga sopan banget!”
            “ Sori sayang. Eh, siapa nih?”
            “ Kenalin dia temen baru w namanya Tifanny. Fan, kenalin nih Casey Clow.”
            “ Well, sebenernya w bukan temen biasa buat Agung. Salam kenal y. Btw u tinggal di mana y?”
            “ Apa – apaan sih u! Dan kenapa u nanya dia tinggal di mana? Emang kalo dia tinggal di rumah yang jelek u bakal ngebully dia? Awas y u!”
            “ Ih, ko kamu ngomongnya gitu sih ama aku, Bab. Nggak ko, aku kan cuma nanya, gak apa – apa kan Fan?”
            “ Gak apa ko, w tinggal di asrama pasturan St. Angela karena w dari luar negri. W dari …..”
            “ Slamat pagi anak – anak. Hari ini kita belum akan memulai pelajaran. Kita hanya akan perkenlan satu sama lain. Baik, ibu akan mulai memperkenalkan diri. Nama ibu, Veronika. Ibu dosen komunikasi di Universitas Garuda ini. Ibu sudah 3 tahun mengajar di sini. Jadi ibu sangat berharap pada kalian semua untuk bisa seperti kakak kelas kalian yang sudah lulus dengan baik. Dan universitas ini bukan universitas yang bisa memberikan toleransi pada apapun. Jadi jika tidak bisa mengikuti peraturan yang ada di sini, silahkan keluar. Karena ibu menilai kalian bukan hanya dari pengetahuan, tugas, atau ulangan saja tapi juga sikap. Mengerti! Sekarang, ibu akan absent satu per satu dan ceritakan tentang diri kalian. Kalian masuk ke fakultas komunikasi harus bisa belajar berkomunikasi yang baik dan benar lebih dari anak – anak fakultas lain. Baik, ibu mulai dari Agung Pranata. Silahkan!”
            “ Saya Agung Pranata. Saya dari SMA Kanisius Jakarta. Hobi saya adalah bermain futsal. Trima kasih.”
            “ Berikutnya Casey Clow.”
            “ Saya Casey, saya dari SMA Theresia Jakarta. Hobi saya belanja dan nonton bioskop.”
            “ Hah, ya ampun. Baik, berikutnya Tifanny Khrisma.”
            “ Nama saya Tifanny Khrisma. Saya dari SMA Harapan Mulia Malaysia.”
            “ Wah, jauh sekali kamu kuliah di sini. Bisa beritahu kami kenapa kamu pindah ke Indonesia?”
            “ Apa? Dia dari Malaysia? Negara yang aku benci yang selalu membuat konflik dengan Indonesia? Hah, dasar! Seharusnya dari awal aku tidak boleh tertarik dengannya. Dia musuhku, dan aku harus mengalahkannya!” Agung menggerutu dalam hati.
            “ Ayah saya pindah bekerja di perusahaan di Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Jadi keluarga kami memutuskan untuk tinggal dan menetap di sini.”
            “ Dengar anak – anak, bukan berarti Negara kita yang selalu berkonflik dengan Malaysia membuat kalian membenci Tifanny. Anggap dia sebagai teman kalian juga, bukan musuh. Ibu tidak mau ada permusuhan di sini. Mengerti!”
            “ Sam, u tau ga masa di kelas w ada anak dari Malaysia!”
            “ Ha? Serius u? Yuk kita buli!”
            “ He! Jangan ntar w yang kena marah ma Bu Sinta. U mau baru masuk uda dapet SP. Sumpah w benci banget kalo tau begini ma dia.”
            “ Emang tadinya u suka ama dia? Hahahaha…..”
            “ Iya. Ooops!” Langsung menutup mulut.
            “ Ha? U jatuh cinta pada pandangan pertama? Hahahhaah…Agung, Agung. Emang dia secantik apa sih ampe bisa naklukin pangeran kaya u.”
            “ Tuh orangnya.” Menunjuk kea rah Tifanny.
            Tanpa bisa berkata – kata dan hanya melihat dengan tatapan penuh rasa kagum.
            “ Woi! Kenapa, u suka juga? Emang dia perfect tapi kita harus inget dia dari mana. Setuju!”
            “ Setuju!”
            Hari demi hari aku lewati di kelas yang sama dengannya. Ternyata dia anak yang pandai dan rajin. Dia juga tidak seperti orang di negaranya yang aku benci. Dia baik dengan semua orang, dia juga mencintai hal – hal yang ada di Indonesia. Dan yang membuatku kaget, ternyata dia membenci pemerintahan di negaranya. Katanya, pemerintahan di negaranya selalu membuat konflik dengan Indonesia. Ini membuatnya cukup takut tinggal dan bergaul di Indonesia. Dia juga membuktikan bahwa semua hal yang diclaim oleh negaranya adalah asli milik Indonesia. Sering dia merasa sedih dan tidak enak hati dengan orang Indonesia yang tidak bisa berbuat banyak saat negaranya mengambil sedikit demi sedikit dari Indonesia. Rasanya ia ingin menentang apa yang dilakukan negaranya. Tapi dia tidak bisa, itu Negara tempat dia dilahirkan dan dibesarkan selama 17 tahun. Karena sudah tahu hal ini, maka aku mulai mau membuka diriku untuk ngobrol dengannya. Tapi aku tetap akan berusaha menutup hatiku untuknya. Karena walau bagaimana pun dia tetap musuhku.
            “ Fan, gimana tugas Bu Sinta, u uda selesai?”
            “ Lumayan, w tinggal ngirim email ke dia. Oh iya, Gung w mo ngomong serius ke u boleh?”
            “ Ha? Serius? Aaaaa…apa? Boleh ko, boleh hehehee…”
            “ W mo minta maaf, w tau u kesel banget ma negara w dan w takut u jadi ga nyama di kelas karna ada w. W ga mau nilai u kurang baik karna kehadiran w di kelas yang bikin u kesel tia hari dan u jadi ga konsen ama pelajaran.”
            “ Gak apa – apa ko. W jadi yang harusnya minta maaf ke u kalo u uda jadi susah begini gara – gara sikap kekanak – kanakan w selama ini.”
Mendengar perkataan perkataannya kemarin, hatiku semakin luluh dan semakin tidak terkendali. Seolah perasaan suka yang aku kandangin di hatiku berontak dan ingin keluar karena perasaan itu sepertinya telah tumbuh besar dari hari ke hari. Ya Tuhan bagaimana ini? Kenapa ini terjadi? Aku harus bagaimana? Setiap hari aku merenung, memikirkan, sambil terus menjalani hari – hari dengannya. Yang membuatku semakin akrab dengannya, sampai akhirnya kami tahu keluarga dan kehidupan pribadi kami masing – masing. Dan akhirnya aku sadar bahwa aku benar – benar mencintainya.
            Setelah 6 bulan berkenalan akhirnya aku memutuskan untuk mengakui perasaanku padanya. Aku sadar bahwa aku salah sudah membencinya. Aku harap dia mau memaafkanku dan menerima cintaku.
            “ Hai, Fan w mo ngomong penting ama u boleh?”
            “ Boleh mo ngomong apa?”
            “ U dengerin w dulu ampe selesai tanpa komentar y, nanti w pasti kasih kesempatan u bicara. Sebenernya dari awal w ketemu ama u, w udah suka ama u. U satu – satunya cewek yang gak agresif pas ketemu w. W ngerti mungkin u belum tau siapa w. Tapi setelah kita berteman sekian lama dan u uda tau siapa w, u tetap santun. U gak pernah mandang orang dari luar. U bener – bener beda ama orang – orang di negara u. Dan w minta maaf kalo w uda benci banget ma negara u. W sadar ga semua orang jelek di negara u. Dan w janji w akan buang jauh – jauh perasaan itu. Sekarang w mo tanya ke u, u mau ga jadi pacar w?”
            “ Gak apa ko, w sadar mungkin beberapa orang di negara w emang buat warga negara u kesal dan w memaklumi itu karna itu sudah sepantasnya u miliki. Kalo w jadi u, w juga pasti kesel. Kalo soal itu, w harus izin ke orang tua w dulu. Mereka harus tau siap yang jadi pacar w. W harap u mau ketemu mereka dulu. Kalo mereka setuju, ehm…w mau ko jadi pacar u.”
            Dengan rasa senang aku ikut ke rumah Tifanny untuk makan malam dan berkenalan. Kami berbincang – bincang dengan nyaman tanpa adanya rasa canggung perbedaan kewarganegaraan. Mereka tidak pernah mempermasalahkan konflik antarnegara kami. Malah mereka yang merasa tidak enak karena ulah warga negaranya. Sungguh aku menyesal memiliki perasaan seperti itu dulu. Ternyata Tuhan benar – benar menunjukan bahwa aku salah besar menilai orang, dan aku harus menebusnya.
Setelah izin dari orang tua Tifanny aku dapatkan kita pun memulai hubungan kami sebagai sepasang kekasih. Sekarang giliran orang tuaku. Tapi, ayahku tidak seperti mereka. Ayahku sepertiku dulu yang menganggap orang dari Negara tetangga itu musuh yang menyebalkan. Tapi aku tetap optimis, aku bisa merubah karakterku dengan usaha sendiri, aku pasti bisa mengubah pemikiran ayahku yang lebih dewasa.
“ Ma, Pa besok aku mau bawa Tifanny ke sini buat makan malam y.”
            “ Silahkan papa tidak melarang. Ternyata kamu sudah dewasa y hahahaha…”
            “ Tapi Pa, Ma aku mau kasih tau ke kalian kalo Tifanny itu asli orang Malaysia. Dia pindah dan menetap di sini karna …….”
“ Apa? Tidak papa tidak setuju kamu bergaul dengan dia. Kamu tidak ingat apa yang mereka perbuat pada kita! Pokoknya papa tidak suka dengan dia!” Langsung meninggalkan ruang makan.
“ Pa, tunggu….! Ma, mama bisa kan bantu aku? Mama setuju kan ama pilihanku selama itu baik buat aku?”
“ Sayang, mama tidak seperti ayah kamu. Kamu tenang aja. Besok tetap bawa dia untuk makan malam di sini. Mama akan masak yang special buat gadis kamu.”
“ Tapi papa?”
“ Kamu tenang aja, jika sikap papa kamu buruk, mama yang akan kendalikan dan mama yang akan jelaskan ke Fanny jika kamu gak bisa.”
            “ Makasih banyak y ma.”
Di kampus sebelum mengundangnya makan malam di rumahku, aku menjelaskan keadaan papaku ke Fanny. Ternyata memang dia adalah oang baik dan aku tidak salah memilihnya, dia mengerti dan tetap mau makan malam di rumahku. Aku hanya bisa berharap dia bisa meluluhkan hati papaku.
“ Slamat datang silahkan masuk. Saya ibunya Agung.”
“ Saya Tifanny, senang berkenalan tante.”
“ Pa, kenalin ini Tifanny pacarnya Agung. Silahkan duduk, Fan!”
“ Apa kabr om? Makasih tante.”
“ Agung papa mo jelasin sama kamu. Sebenarnya papa dan mama sudah menjodohkan kamu dengan Casey. Dia anak teman baik papa. Katanya dia satu kampus dengan kamu. Apa itu benar?”
“ Apa? Papa apa – apaan sih main jodoh – jodohin aku. Aku kenal siapa Casey dan aku ga akan pernah mau sama dia. Maaf pa kalo aku lancing.”
            “ Jangan kurang ajar kamu! Asal kamu tau, papa juga tidak akan setuju kamu sama dia, NGERTI!”
Di kampus aku berusaha menjelaskan kejadian semalam agar Fanny tidak marah padaku. “ Fan, soal yang semalem….”
“ Denger Gung, aku sama sekali ga marah ama kamu dan orang tuamu. Tapi aku ga mau hubungan kamu dan ayah kamu rusak kaya gini gara – gara aku. Aku ga mau jadi penyebab hancurnya kluarga kamu. Sebenarnya aku berat buat ngomong ini tapi ini lebih baik buat hubungan kita ke depan. Kita putus aja y?”
“ Apa? Jangan, aku ga mo. Denger, aku bisa atasin masalah ini. Kamu ga usah ikut campur dulu. Aku akan beresin dan buat papaku nerima kamu. Pokoknya aku ga mau kita putus! Please jangan putusin aku. Kasih aku waktu buat selesain masalah ini. Kamu mau kan?”
“ Tapi……”
“ Please Fan, aku ga mau putus!”
“ Tapi kalo ga bisa, aku cuma ga mo hubungan kamu dan papa kamu tegang terus kaya gini. Dan satu – satunya cara kita harus putus y.”
“ Aku pasti bisa.”
Sambil meninggalkan Agung, aku kembali ke kelas dengan menahan tangis. Tapi di toilet aku tidak bisa membendung tangisku. Aku menangis tanpa suara. Mungkin ini tangisanku yang paling sedih selama hidupku. Rasanya benar – benar sakit mengatakan itu semua. Ya Tuhan, dia pacar pertamaku. Cowok pertama yang begitu berarti untukku. Kenapa jika dia bukan milikku tapi Kau berikan dia padaku?
Selama berhari – hari hubungan kami masih dikatakan backstreet sejak kejadian malam itu. Setiap hari aku berfikir cara untuk mengatakan semua ini pada papaku. Tapi aku malah mendapat kabar buruk. Bahwa di hari ulang tahunku, papaku dan orang tua Casey memutuskan untuk menjodohkan aku di depan para undangan. Aku tidak bisa menyembunyikan ini dari Fanny, walupun aku tahu dia pasti akan sakit hati. Tapi dia tahu bahwa aku hanya mencintai dia.
Di hari ulang tahunku, aku terpaksa tidak mengundang Fanny. Ternnyata benar, ayahku menjodohkan aku malam itu dan kami pun bertunangan. Dengan sedih aku menuruti semua perkataan ayahku. Karena di satu sisi aku tidak mau membuat orang tuaku malu dengan para undangan yang hadir. Para undangan bukan orang biasa, tapi para orang terhormat dari perusahaan ayahku. Lalu akhirnya aku memberanikan diri bicara.
“ Slamat malam para undangan sekalian mohon perhatiannya sebentar. Saya mau bertanya apakah ada dari kalian yang membenci warga Malaysia?”
Ternyata Tuhan membantuku malam itu. Banyak para undangan menjawabku.
“ Tidak. Walaupun sebagian dari mereka sering berbuat konflik dengan kita.”
“ Tidak. Karena tidak semua orang Malaysia itu buruk.”
            “ Tidak. Karena mereka tetap menerima kita dengan baik saat kita ke sana.”
            “ Tidak. Karena mereka menerima anak saya dan berteman dengan baik tanpa ada masalah kewarganegaraan.”
“ Trima kasih banyak atas jawabannya. Saya akan bertanya sekali lagi. Apakah pantas jika kita membenci orang Malaysia yang tinggal di sini karena kesalahan yang bukan dia perbuat?”
“ Sama sekali tidak! Siapa orangnya?”
            “ Apa hak orang itu?”
            “ Dia sungguh membuat warga Indonesia malu dengan perbuatannya.” Para undangan menggerutu dan membuat gaduh dengan teriakan – teriakan.”
“ Baik. Cukup. Terima kasih. Maaf jika saya membuat papa malu malam ini. Tapi saya benar – benar sudah tidak tahan dengan sikap papa. Kalau papa hanya melarang saya berteman dengan Fanny, saya terima. Tapi kalau papa sudah mengambil hak saya untuk memilih yang terbaik untuk saya dengan perjodohan seperti ini, saya tidak bisa terima. Saya juga minta maaf kepada Tuan dan Nyonya Clow, kalau saya tidak bisa bertunangan dengan Casey. Karena saya mencintai wanita lain.”
Di luar dugaanku, para undangan seolah mendukungku dengan menggerutu menyinggung papa. Mereka sepertinya juga tidak suka dengan perbuatan papaku. Dan mamaku juga setuju denganku, dengan tersenyum bahagia. Yang membuat aku semakin bahagia lagi, ternyata walaupun Casey marah dengan perbuatanku, tapi kedua orang tuanya mengerti maksudku.
“ Agung, om dan tante benar – benar minta maaf. Kalau kami tahu ini memaksakan kamu, kami pasti akan menolaknya dari awal. Kami memang sangat ingin kamu menjadi pendamping Casey, tapi jika tanpa cinta kami juga tidak bisa memberikan Casey. Kami hanya berharap ada orang yang benar – benar tulus mencintai Casey. Dan untuk Pak Pranata, kami harap bapak sadar apa yang telah bapak perbuat. Kami pemisi.”
“ Terima kasih banyak atas pengertian kalian semua, saya benar – benar minta maaf atas ketidaknyamanan ini.”
“ Iya, kami juga berharap tidak ada orang tua seperti Pak Pranata.”
Para undangan pulang dengan kesal atas perilaku papa. Tapi itu yang pantas dia dapatkan. Dan untukku, semoga besok lebih baik dari mala mini. Aku benar – benar bersyukur Tuhan membantuku.
Besoknya di kampus aku memberitahu semua yang terjadi kemarin malam kepada Tifanny. Dia benar – benar cewek terbaik yang pernah aku temui. Dia malah merasa tidak enak pada papaku yang malu di depan semua rekan bisnisnya. Tiba – tiba aku mendapat telepon dari ibuku. Dia mengatakan bahwa ibu mengundang Fanny makan siang. Karena ayah mau bicara dengannya. Di satu sisi aku penasaran, apa papa masih akan membenci Fanny atau lebih parah karena kemarin dia sudah malu. Di sisi lain aku berfikir apa papa sudah sadar bahwa dia melakukan kesalahan?
Saat makan siang, aku sungguh tegang. Aku takut Fanny sedih lagi mendengar kemarahan papa.
“ Fanny, om mau minta maaf. Om sadar kalo om sudah melakukan kesalahan besar. Om hanya mengikuti kemauan hati om tanpa memikirkan orang lain termasuk anak om sendiri. Om harap kamu mau memaafkan om.”
“ Iya om tentu. Trima kasih om dan tante sudah menerima saya dengan baik.”
“ Kalau begitu bagaimana jika nanti malam kita makan malam bersama di restoran dengan orang tuamu. Karena saat pesta ulang tahun Agung kemarin kalian tidak om undang.”
            “ Trima kasih om atas undangannya. Orang tua saya pasti sangat senang.”
Sejak makan malam itu,hubungan kami pun berjalan baik. Setelah lulus kuliah, kami pun memutuskan bertunangan dan pergi ke Malaysia untuk bekerja. Kami tidak mempermasalahkan perbedaan warga negara kami dalam hubungan kami kelak. Sehingga kami bisa hidup bahagia selamanya.