Thursday, February 17, 2011

Di Saat Daku Tua: Refleksi Kita Terhadap Orangtua

oleh : Randy Hernando, Jurnalistik 2009


“Di saat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu…”





nurinautami.multiply.com



Puisi “Disaat daku tua” adalah salah satu yang menggambarkan bagaimana seseorang baik itu perempuan ataupun laki-laki menghadapi masa tua mereka. Dengan segala keterbatasan, mereka memohon kepada yang muda untuk senantiasa memaklumi keadaan yang ada. Ini adalah sebuah puisi sarat makna dan sederhana yang seakan menyentuh sanubari siapapun yang membacanya.
Puisi ini secara tidak sengaja saya temukan di antara tumpukan buku-buku seusai kebaktian di vihara Gunasambhara, Kutabumi, Tangerang. Dalam blog nurinautami.multiply.com, disebutkan bahwa puisi ini terdapat dalam selebaran dari sepatu merk New Era. Berikut isi dari puisi tersebut


Disaat Daku Tua…
Di saat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu.
 Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku.
Di saat daku menumpahkan kuah sayuran dibajuku,
Di saat daku tidak lagi mengingat cara mengikatkan tali sepatu,
Ingatlah saat-saat bagaimana daku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya.
Disaat saya dengan pikunnya mengulang terus menerus ucapan yang membosankan,
Bersabarlah mendengarkanku, jangan memotong ucapanku, dimasa kecilmu, Daku harus mengulang     dan mengulang terus sebuah cerita yang telah saya ceritakan ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam mimpi.
Disaat saya membutuhkanmu untuk memandikanku,
Janganlah menyalahkanku.
Ingatlah dimasa kecilmu, bagaimana daku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi?
Disaat saya kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern,
Janganlah menertawaiku.
Renungkanlah bagaimana daku dengan sabarnya menjawab “mengapa” yang engkau ajukan disaat itu.
Disaat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan,
Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku
Bagaikan di masa kecilmu daku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar berjalan.
Disaat daku melupakan topik pembicaraan kita,
Berikanlah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya.
Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlah hal penting bagiku,
asalkan engkau berada di sisiku untuk mendengarkanku, daku telah bahagia.
Disaat engkau melihat diriku menua, janganlah bersedih.
Maklumilah diriku, dukunglah daku, bagaikan daku terhadapmu disaat engkau mulai belajar tentang kehidupan.
Dulu daku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini, kini temanilah daku hingga akhir jalan hidupku.
Berilah daku cinta kasih dan kesabaranmu, daku akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur.
Di dalam senyumku ini, tertanam kasihku yang tak terhingga padamu.

Puisi ini mengajak semua kaum muda untuk selalu mengingat jasa-jasa orangtua yang tidak bisa terukur oleh apapun di dunia ini. Setelah membaca puisi ini, saya mulai belajar bahwa kita semua, dulu pernah membuat orangtua susah. Selalu menyalahkan, membentak, melawan, sampai menghina orangtua kita sendiri. Padahal, tanpa mereka, kita bukanlah siapa-siapa. Bahkan, bukan tidak kita tidak terlahir di dunia ini. Saya menyadari, hidup ini singkat. Segala sesuatu pasti ada awal dan akhir. Suatu saat orangtua yang kita cintai akan pergi meninggalkan dunia. Bagaimana upaya kita sebagai seorang anak?

 Pertama, yang perlu kita lakukan adalah selalu menuruti nasehat bijak orangtua. Terkadang, amanat yang mereka sampaikan terdengar kuno atau tidak penting di telinga kita. Padahal, hal tersebut dapat  menjadi sebuah bekal di kemudian hari ketika kita menghadapi kerasnya kehidupan. Kedua, selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan orangtua terhadap kita. Biasanya, banyak anak muda yang selalu meminta sesuatu dan harus segera dipenuhi. Mereka tidak peduli dengan keadaan orangtua yang siang-malam bekerja banting tulang demi menghidupi keluarga. Patutlah kita syukuri pemberian dari orangtua. Terakhir, cintailah  orangtua kita dan berikanlah yang terbaik bagi mereka. Ada banyak cara untuk mengungkapkannya. Salah satunya adalah ucapkanlah terima kasih secara tulus  atas segala yang telah mereka berikan kepada kita. Orangtua kita dengan senang hati menerima dan bersyukur.

Tulisan ini saya buat untuk menghormati jasa-jasa orangtua terutama kasih seorang ibu yang tiada taranya untuk kita.

    

No comments:

Post a Comment