Saturday, December 15, 2012

Love Book


Oleh William Lim


Tak kusangka, sudah sampai halaman terakhir aku menulis di buku ini. Setelah sekian kalinya buku ini berpindah tangan, akhirnya sampai juga saatnya bagiku untuk menulis halaman terakhir dari buku ini. Buku apakah ini? Sehingga aku mau menjaga dan menyimpannya sampai sekarang?
            Buku Cinta, buku yang telah kumiliki sejak aku berusia lima belas tahun, tepatnya saat aku menduduki bangku SMA satu. Buku ini kunamakan buku cinta karena aku ingin menulis seluruh kisah cintaku di dalam buku ini. Aku menempelkan beberapa potongan hati di setiap beberapa halaman dari buku ini, sehingga tiap aku telah menulis sampai potongan hati berikutnya, aku hendak memberikan buku ini pada seseorang yang kusayang saat itu. Dan orang itu harus menuliskan segala hal tentangku baik maupun buruk di dalam buk itu. Sampai akhirnya ia menemukan potongan hati berikutnya, ia harus mengembalikan buku itu kepadaku.
            Banyak sejarah yang telah kuabadikan dalam buku ini, baik senang, sedih, suka, susah, dan sebagainya sampai akhirnya aku dapat hidup bahagia seperti sekarang. Mungkin aku akan membagi sedikit pengalamanku yang terindah. Pengalaman yang membawaku ke jalan yang benar, sehingga aku dapat hidup bahagia seperti sekarang.

BUZZ!!!

            Saat itu aku baru saja terbangun dari tidurku di perpustakaan kampus, rupanya Elizabeth masih bersamaku. Dia sedang mencari bahan untuk tugas yang dihadapinya.  Untung saja tugasku sudah kuselesaikan semalam. Tiba – tiba Robin muncul dan mengajak kami untuk keluar dari perpustakaan. Aku, namaku Aldy Stevanus, Robin Tantowi, dan Elizabeth Cynthia bersahabat baik. Kita bertiga sudah dekat sejak semester satu, kita mengambil jurusan yang sama dan rumah kita saling berdekatan.
            Saat sedang keluar dari perpustakaan, tiba – tiba saja aku bertabrakan denga seorang wanita cantik. Barang yang berada di tanganku dan barang yang berada di tangannya jatuh berserakan di lantai. Aku segera membantu memunguti barangnya yang jatuh karena ia terlihat terburu – buru. Setelah semua barangnya terpungut, dia mengucapkan terima kasih dan langsung bergegas ke perpustakaan. Baru setelahnya aku membereskan barangku.

BUZZ!!!

            Malamnya, aku menghabiskan hampir dua jam hanya untuk mencari buku cinta ku yang hilang. Memalukan sekali kalau sampai ada yang membacanya. Sepertinya buku itu tertinggal di kampus. Oh iya!! Buku itu terjatuh saat aku bertabrakan dengan wanita cantik di depan perpustakaan tadi! Bagaimana caranya aku bisa bertemu dengannya lagi ya? Pasti memalukan sekali kalau dia membaca isi buku itu.
            
Keesokan harinya aku mencoba mencari wanita cantik yang membawa buku cinta ku. Aku tak mau merepotkan temanku, jadi aku mencoba mencarinya sendiri. Sedangkan tugas –tugasku kuserahkan pada Elizabeth. Dia memang temanku yang terbaik. Dia selalu mau mengerjakan tugasku bila aku sedang dalam keadaan terdesak.
            Kampus sudah hampir tutup, namun aku belum juga bertemu dengannya. Bagaimana aku bisa mencarinya? Bertanya sama orang? Namanya saja aku tidak tahu. Lebih baik aku menunggu sampai takdir mempertemukan kita lagi. Sangat susah menari orang yang belum kita kenal. Sungguh kebetulan, pas aku sudah menulis sampai ketemu potongan hati, buku itu hilang. Sial!
            Eh! Rupanya dia tiba – tiba muncul di belakangku.”Ini punyamu kan?” tanya nya padaku. Kujawab “Ya!” dengan tanganku langsung menarik buku itu dari tangannya. Dia memperhatikanku sambil tersenyum lucu. Dia berkata “Maaf ya kalau aku sudah membaca buku tugasibadimu itu.” sambil tertawa kecil. “Eh, iya gapapa..” kataku sambil menyimpan rasa malu.
            Dia mengulurkan tangannya dan mengajakku kenalan.
“Namaku Christella, Christella Christie. Kalau kamu?”  Tuturnya lembut.
“Emm..  Aku A..Aldy, Aldy Stevanus. Salam kenal yah. Pasti kamu tertawa terbahak – bahak setelah membaca buku ini” Jawabku.
“Engga kok, aku malah tertarik sama cerita yang kamu tulis di dalam buku itu, itu novel yang sedang kamu tulis?”
“Emm..  i..iya. Novelku. Hehehe” Jawabku sambil berusaha menyembunyikan kalau itu adalah buku yang merefleksikan kisah cintaku.
“Oh! Hebat! Kamu pasti anak ilmu komunikasi ya? Makanya kamu menulis novel.”
“Emm. Iya, emangnya kamu jurusan apa?”
“Aku jurusan Mangemen, salam kenal ya! Aku sudah dijemput nih! See you!”

            Dalam hati aku berpikir. Apakah benar kalau dia tidak tau mengenai buku ini? Di halaman terdepan saja aku sudah menulis aturan tentang buku ini bila suatu saat nanti aku memberikan buku ini pada seseorang yang kucintai. Pasti ia berpura – pura tak tahu menahu tentang buku ini.
            Aku mencoba memeriksa isi buku ini. Setelah aku membalik sampai halaman terakhir yang kutulis, rupanya masih ada tulisan di belakangnya, tulisan setelah potongan hati tempat ku berhenti menulis.  Rupanya dia mengerti aturan buku itu dan menulis didalamnya juga. Hebat, dalam semalam dia telah memenuhi hampir lebih dari tiga halaman. Padahal dia baru kenal denganku hari ini.


            Aku coba membaca apa yang dia tulis, aku ingin tau apa yang ia tulis tentangku. Padahal saat dia menulis ini, ia sama sekali belum mengenalku. Ternyata, yang ia tulis hanyalah mengenai penampilanku. Pastinya, karena ia juga baru mengenalku. Ia menghabiskan 3 halaman hanya untuk menceritakan penampilanku. Dari tulisannya “Walau hanya sekilas aku berpapasan denganmu, aku seperti bertemu dengan seorang artis yang kusuka. Aku hanya merasa seperti bertabrakan dengan artis.”  aku dapat mengira kalau dia suka denganku. Suka pada pandangan yang pertama. Suka dengan penampilanku tentunya.

BUZZ!!!

            Setelah itu, aku jadi sering bertemu dengannya di perpustakaan. Ia sering mengajakku belajar bersama walau jurusan kita berbeda. Terkadang ada mata kuliah umum yang ia tak mengerti, ia memintaku untuk mengajarinya. Kalau aku terlalu sibuk belajar sampai – sampai aku lupa minum, ia memberiku air minum. Beda sama Elizabeth yang bisanya ngomel melulu kalau lagi belajar bersama denganku.
            Lama – lama aku jadi tertarik dengannya, wajah manis serta perilakunya yang polos membuatku jatuh cinta. Aku menceritakan perasaanku ini pada Elizabeth dan Robin. Kalau Robin sih mendukung banget, karena rupanya si Christella ini rupanya teman SMP nya si Robin. Sedangkan si Elizabeth hanya  bisa marah. “Kamu itu kok mikirin pacara melulu! Pacaran melulu! Aku udah males denger deh kalo orang ga mapan ngomongin tentang pacaran!” Bentaknya.

BUZZ!!!

            Akhirnya aku PDKT ku berhasil! Aku berhasil mendapatkan hatinya Christella. Tentunya karena bantuan Robin juga yang memberiku kemudahan seperti meminjamkan mobil, meminjamkan caffee nya untukku dan Christella berduaan, meminjamkan villanya, dan lain – lain. Bahkan kejutan yang kuberikan pada Christella juga dibantu banyak proses nya oleh Robin. Ia banyak memberi bantuan materi. Lumayan juga yah kalo punya teman baik orang kaya dan tidak pelit seperti Robin.
            Sekarang Christella sudah menjadi pacarku. Rasanya hidupku lengkap sudah. Punya teman baik yang satunya pintar, satunya kaya, dan punya pacar yang cantik. Kurang apa lagi hidupku sekarang, sudah bahagia kan? Tapi bolehkah aku menceritakan kebahagiaanku lebih banyak lagi?

BUZZ!!!

            Hubunganku berjalan baik – baik saja, bahkan kami sering belajar bersama. Karena sering belajar bersama, aku jadi mengerti banyak tentang ilmu mangemen. Bahkan terkadang ia memintaku untuk membantunya mengerjakan peer managemennya. Lumayan lah untuk menambah ilmu. Aku jadi mengerti banyak tentang managemen walau aku hanyalah anak ilmu komunikasi.
            Suatu hari, saat aku sedang dinner bersama Christella, telelfonku bergetar (karena dalam mode silent). Aku hendak mengangkatnya namun, “DUB!!”
“Aldy, boleh ga kalau kita lagi berdua itu engga ada yang ganggu?”
“T..tapi ini ada telefon, mungkin saja penting, mungkin saja dari orang tuaku.”
“Gak mungkin! Gak mungkin dari orang tuamu! Mereka kan sudah tau kalau kita lagi pacaran!”
“Tapi Chris, mungkin saja ini penting!”
“Kamu lebih pilih aku apa kepentingan kamu?! Seharusnya kamu tau dong kalau kita lagi berdua yang mana harus diprioritakan!!”
            Sebelum situasi semakin memanas, lebih baik aku mengalah padanya. Mungkin saja dia lagi PMS, sehingga ia tidak dapat menahan emosinya. Baru hari ini Christella terlihat sangat buas bagaikan singa yang tak makan lima hari. Selama lebih dari 4 jam aku menahan getaran telefon dipahaku karena aku tak kuasa mengangkatnya.
            Setelah mengantar Christella pulang (kuantar dia menggunakan mobil yang kupinjam dari Robin karena gengsi sama Christella yang orang kaya, sedangkan aku bukanlah anak orang kaya seperti Elizabeth dan Robin) aku baru berani melihat BB ku. Rupanya Robin yang menelefon, ada sekitar 47 missed call darinya. Ada apa yha dia telefon sampai berulang kali?
            Karena baterai BB ku sudah habis, aku tak dapat menelefon balik. Sehingga kuputuskan untuk mencari Robin di apartementnya. Sesampaiku di apartementnya, layaknya orang yang sopan, aku mengetuk terlebih dahulu. “BUUK!!” Aku menapat pukulan keras dari Robin tepat di pipiku. Aku terbawa emosi.
“LOE KENAPA SIH?! GUE BARU DATENG LANGSUNG LOE PUKUL? MAO LOE APA?!”
“HEHH!! ALDY! LOE JADI ORANG TAU DIRI YE! GUE UDAH KASIH LOE APA YANG LU MAO, GILIRAN GUE MINTA TOLONG AJA GA LU KERJAIN!”
“Emang loe minta tolong apa sama gue?”
“OHMYGOD! LOE LUPA!! TADI GUE DIPANGGIL SAMA DOSEN BAHASA INGGRIS GARA – GARA TUGAS GUE GA ADA SATUPUN YANG BERES!! MASIH ENGGA SADAR LOE?!”
“Aduh sorry Bin gue lupa. Gue sibuk ngerjain tugasnya Christella.”
“AHH UDAH DIEM AJA LOE!! TEMEN GA BISA DI HARAP LOE EMANG! KALO ELIZABETH GA SAKIT JUGA MENDING GUE MINTA TOLONG SAMA DIA!”
“GUBRAKK!!!” (Robin membanting pintunya dengan keras)
            Aku jadi merasa bersalah pada Robin, aku menaruh kunci mobilnya di kotak surat karena ia lupa mengambilnya. Aku lupa mengerjakan tugas bahasa inggris yang suda ia titipkan padaku sejak satu bulan lalu. Aku lupa mengerjakannya karena terlalu sibuk bersama tugas Christella. Apakah aku sudah salah? Oh iya! Aku kenapa tidak tahu kalau Elizabeth sakit?
            Setelah kutanya, rupanya Elizabeth sedang mengidap tifus. Ia sudah absen kuliah selama satu minggu, dan parahnya aku tidak menyadarinya. Aku terlalu sering menghabiskan waktu bersama pacarku, sehingga teman – teman baikku kurang kuperdulikan. Tapi entah kenapa aku tetap merasa bahagia. Ada sih rasa bersalah sama mereka. Cuma, aku hanya merasa hidupku ini sudah sempurna bila kujalani bersama Christella.

BUZZ!!

            Aku jadi jarang berkomunikasi dengan Robin. Sepertinya ia benar – benar marah denganku. Aku jadi tak bisa meminjam mobilnya untuk mengantar Christella lagi. Akhirnya aku mengakui kalau sebenarnya aku tak punya mobil pada christella. Untungnya dia mau mengerti dan tetap mencintaiku. Kebahagiaanku bertambah setelah mengetahui semua itu.
            Untungnya aku masih dekat dengan Elizabeth si tukang marah. Berulang kali ia menyuruhku untuk meminta maaf kepada Robin. Elizabeth tidak mau persahabatan kita pecah. Namun aku mengabaikannya. Seharusnya si Robin yang meminta maaf kepadaku, bukan aku yang meminta maaf kepadanya. ” Kalau persahabatan kita tak seperti dulu itu karena Robin yang salah! Bukan aku!” Sentakku padanya.
            Makin hari makin kurasakan kalau tugasku makin berat. Mungkin karena terlalu banyak tugas Christella yang harus kukerjakan. Hampir setiap hari aku begadang hanya untuk mengerjakan tugasnya. Sepertinya Christella menyerahkan semua tugasnya padaku. Jadi apa yang dia kerjakan? Sudahlah, tak ada gunanya dipikirkan.
            Untung saja Elizabeth mau membantuku mengerjakan tugas – tugasku. Sehingga aku tidak terbengkalai. Ia baik sekali sampai – sampai mau pulang malam hanya untuk mengerjakan tugasku. Elizabeth mengatakan kalau aku bodoh karena aku mau diperbudak sama Christella. Namun aku menjawabnya kalau itu adalah cinta, bukan soal perbudakan.    
            Suatu hari, saat aku sedang jalan berduaan sama Christella, telefonku berdering. Rupanya itu dari Elizabeth, aku sengaja ke toilet agar bisa mengangkatnya. Mungkin saja ini penting. Aku tak mau tragediku dengan robin terulang kembali.
“Halo! Ada apa Beth?”
“TUGAS mu udah selesai nih, aku masih di perpus, kamu bisa anter aku pulang ga?”
“Bisa Beth! Tapi tunggu yha, aku temenin Christella dulu. Sebentar lagi aku pulang kok.”
            Jam menunjukan pukul lima sore, mungkin sekitar jam enam Christella sudah mengajaku pulang. Sehingga Elizabeth tak perlu menunggu terlalu lama.
            Saat aku kembali pada Christella, aku terkejut karena ia telah memegang dua tiket bioskop yang dimulai jam setengah tujuh. Kalau aku menegurnya kenapa ia tidak bertanya padaku dahulu sebelum membeli tiket, pasti dia akan curiga. Terpaksa aku menuruti kemauannya. Mungkin filmnya hanya akan memakan waktu satu jam. Elizabeth pasti masih bisa menunggu sambil belajar.

BUZZ!!!

            Film baru saja selesai dan jam sudah menunjukan pukul delapan malam. Selama film berlangsung, aku merasakan getaran dari BB ku. Pastinya itu dari Elizabeth, dia pasti sudah menunggu terlalu lama. Tapi aku kenal dia. Dia tidak pernah marah kalau disuruh menunggu terlalu lama.
            Akhirnya kami keluar dari mall, namun saat aku hendak mengantar Christella pulang, ia mengajakku untuk dinner di tempat biasa. Tempat yang agak jauh dari kampus. Lagi – lagi aku terpaksa menuruti kemauannya. Elizabeth juga pasti mengerti keadaanku. Tapi, kok jalanannya becek ya?
            Sekarang jam sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam. Aku sudah mengantar Christella pulang. Dan sekarang aku punya kuasa untuk melihat BB ku. Ada sepuluh SMS dari Christella yang bertuliskan.
“Aldy, udah jam  6 nih! Mana loe?”
 “Aldy, aku masih ada tugas yang ketinggalan di rumah. Tolong jangan lama – lama dong”
“Aldy, kampus udah mau  ditutup. Kamu mana?”
“Aldy, kampus udah ditutup. Aku tunggu di taman yah. Aku ga bisa pindah – pindah karena bawaanku berat banget”
“Aldy, udah jam setengah delapan. Cepetan dong!”
“Aldy, udah mau hujan. Tolong jemput aku”
“Aldy, hujan nih. Aku masukin TUGAS kamu ke tas aku deh biar TUGAS mu ga kehujanan. Jangan lama – lama yha”
“Aldy, kalau hujan ga usah jemput aku dulu deh. Cari tempat berteduh aja dulu supaya kamu ga kehujanan.”
“Aldy, hujan udah berhenti. Ayo jemput aku sekarang.”
“Aldy, udah hampir jam sembilan. Aku pasti dimarahin papaku. Cepat jemput aku. Aku mohon!”
            Aduh! Elizabeth pasti kehujanan, kasihan sekali dia. Aku bergegas menjemputnya. Yang membuatku terharu, saat aku sampai disana, dia masih duduk di taman sambil memeluk tas nya agar TUGAS ku tak kehujanan. Sedangkan TUGAS nya sudah basah kuyup. Bahkan ada yang robek karena terlalu basah. Ia terlihat seperti menangis.
“Beth, maaf yah aku kemaleman jemput kamu.”
“Gapapa koq Dy, yuk kita pulang sekarang. Nih, TUGAS mu udah kuamain.”
“Trus TUGAS mu gimana?”
“Udah gapapa, aku bisa kerjain ulang”
            Aku jadi merasa sangat berhutang pada Elizabeth. Baru kali ini ia terlihat seperti malaikat. Rasa bersalah terus menyelimutiku selama perjalanan pulang. Mungkin ini adalah salah satu dari kebahagiaan mutlak yang kumiliki. Tuhan memberiku teman baik seperti Elizabeth.

            Aku sedang belajar bersama Elizabeth di perpustakaan karena satu bulan lagi kita menghadapi UAS. Karena terlalu banyak mengurusi TUGAS Christella, aku jadi ketinggalan banyak pelajaran. Untung saja Elizabeth mau mengajari semua pelajaranku yang tertinggal.
            Tiba – tiba telefonku berbunyi dan itu dari Christella. Segera aku mengangkatnya dan rupanya ia hanya ingin aku menjemputnya dari rumah dan mengantarnya ke studio rekaman. Dia baru saja diterima sebagai penyanyi solo oleh suatu production yang sudah ternama.

            Karena tak ingin mengecewakannya, aku bergegas menjemputnya. Aku mengebut sekencang – kencangnya agar dia tidak menunggu terlalu lama. Untung saja jalanan sepi. Jadi tak ada yang menghalangiku mengendarai motor. Namun tiba – tiba….
*GUBRAKK!!! *
BUZZ!!!

            Aku sudah terdampar di rumah sakit. Aku mengalami kecelakaan hebat. Elizabeth berada di sampingku. Aku heran kenapa dia yang ada di sampingku. Kenapa bukan Christella? Tidak! Rupanya kakiku sudah diamputasi dua – duanya! Emosi ku meledak dan semuanya kulempar pada Elizabeth.
“KEMANA KEDUA KAKIKU??!!”
“KENAPA KAMU YANG BERADA DI SINI?? MANA CHRISTELLA?!! PASTI KAMU MENGUSIRNYA!!”
“Cukup Dy Cukup. Kakimu diamputasi atas keputusan dokter. Christella yang ga mau lagi jagain kamu, makanya aku yang gantian jagain.”
“GA USA BOONG!! ARGHH!! TELEDOR SEKALI KAMU MENGIZINKAN DOKTER MENGAMPUTASI KAKIKU!! KAMU SENANG KALAU AKU TAK BISA JALAN?!! PUAS KAMU!!??”
“Bukan gitu Dy..”
“AKU GA MAU DENGER APA – APA LAGI! CHRISTELLA JUGA GA MUNGKIN GA MAU JAGAIN AKU!! GA USAH BOHONG!”
“Yaudah terserah kamu mau ngomong apa!! Aku udah capek sama kamu!! Aku nyesel udah baik sama kamu!!”
            Elizabeth pergi meninggalkanku, kucoba untuk bangkit dan naik ke kursi roda. Aku ingin mencari Christella. Aku rindu padanya. Aku bergegas keluar dari kamar, keluar dari rumah sakit tanpa sepengetahuan dokter yang menanganiku. Aku sudah tidak sabar.
            Aku menjalankan kursi rodaku ke kampus, aku sudah hafal sama jadwalnya Christella, dan aku yakin sekarang ia berada di kampus. Untung saja rumah sakit ini jaraknya tidak terlalu jauh dengan kampusku. Sesampaiku di kampus, banyak mata tertuju padaku. Namun mataku hanya tertuju pada Christella.
            Akhirnya apa yang kucari telah kutemukan. Namun apa yang kutemukan tak sesuai dengan yang kuharapkan. Kulihat Christella sedang bersama Robin, mereka bergandengan tangan seperti yang biasa kulakukan dengan Christela. Aku tak bisa percaya akan apa yang kulihat.
           
Saat aku menghampiri mereka, Christella berkata.
“Aldy, maaf yah. Hubungan kita ga bisa berlanjut. Aku merasa kalau kita engga cocok lagi. Jadi maaf yah.”
Ia mengatakan kata perpisahan itu sambil mengembalikan semua barang yang pernah kuberikan padanya. Termasuk cincin yang kuberikan saat valentine. Sungguh rasanya hatiku ingin koyak.
            Saat aku kembali ke rumah sakit, aku bertanya kepada suster yang merawatku. Dan ia menceritakan segala yang terjadi selama aku tak sadarkan diri. Rupanya aku sudah koma selama tiga minggu lebih. Aku mengalami kecelakaan hebat yang sangat melukai kedua kakiku. Sehingga kedua kakiku harus diamputasi.
            Selama aku koma, Christella hanya menemaniku selama 3 hari. Setelah itu ia tak pernah kelihatan lagi di rumah sakit untuk menjagaku. Baru setelah itu, Elizabeth lah yang menjagaku. Elizabeth menjagaku dari siang hingga malam. Sampai – sampai ia mengerjakan tugas di sampingku, bahkan tugasku pun dikerjakan olehnya.
            Elizabeth juga selalu mengganti bunga di kamarku dikala bunga itu sudah layu. ia membersihkan ruanganku kalau kotor. Bahkan terkadang ia mengecup keningku saat ia mau pulang ke rumahnya. Itulah yang diceritakan oleh sang suster. Bahkan si suster mengira kalau Elizabeth adalah pacarku.

BUZZ!!

            Sekarang aku sadar kalau wanita yang benar – benar menyayangiku adalah Elizabeth. Saat aku mencarinya di rumahnya, adiknya mengatakan bahwa ia sudah pindah kuliah di luar negeri. Sedangkan aku sendiri sudah di DO dari kampus karena saat aku koma tak ada yang mengurus perizinanku.
            Sekarang aku benar – benar tak tahu harus bagaimana lagi. Aku kehilangan Christella, Robin, dan Elizabeth. Sudah tidak ada lagi yang mau menjadi temanku. Keluargaku juga jauh di luar kota sana. Sekarang aku tak punya siapa – siapa lagi. Apakah ini juga kebahagiaan untukku?
            Aku mencoba mencari tempat sepi dan merenung. Andai aku tak memarahi Elizabeth, maka ia masih disini bersamaku. Jika aku tak kehilangan kakiku, maka aku tak akan memarahinya. Jika aku tak kecelakaan, maka aku tak akan kehilangan kaki. Jika aku tak terburu – buru, maka aku tak akan kecelakaan. Jika bukan karena Christella, maka aku tak akan terburu – buru. Jika…maka…Jika…maka..jika…maka………………………@&#^)@#)*@#*)&@^#&^*@^#

*DOORR!!!!*

            Kisahku berakhir dengan bunuh diri. Tapi, bukankah yang kujanjikan adalah menceritakan tentang kebahagiaan? Bukankah yang ingin kubagikan adalah pengalaman yang membawaku pada kebahagiaan? Jadi kenapa sekarang  aku mati? Lalu siapa yang bercerita sekarang? Siapa yang menulis di buku cinta sampai halaman terakhir jika aku sudah mati?

BUZZ!!! BUZZ!!!

            Aku terbangung lagi dari tidur siangku. Aku tertidur di perpustakaan saat sedang belajar dengan Elizabeth. Sungguh mimpi buruk yang sangat panjang untuk sekedar tidur siang. Tiba – tiba Robin mengajak untuk keluar dari perpustakaan. Aku masih bingung akan mimpiku, namun saat keluar dari perpustakaan, aku bertabrakan dengan seorang wanita cantik yang sepertinya ada di dalam mimpiku. Barang yang ada di tangannya berserakan di lantai, namun aku hanya memungut barang – barang ku yang terjatuh( terutama buku cinta ku) dan pergi meninggalkannya. Setelah itu, hidup yang kujalani tak sama seperti yang ada di dalam mimpi.

No comments:

Post a Comment