Friday, September 21, 2012

Cerpen

MUSUHKU, CINTAKU

 oleh Angela Limawan

Tidak setiap orang sama walaupun dia tinggal di negara yang sama. Memiliki budaya, bahasa, kehidupan yang sama. Tapi pribadi seseorang tidak akan sama. Itulah satu hal yang sangat penting baru aku pelajari. Walaupun aku membeci negara itu, tapi aku akan salah jika aku membenci semua orang dari negara itu. Bukan negaranya yang jelek dan menyebalkan tapi sebagian orang di dalamnya yang membuat negara itu terlihat buruk di mata orang lain. Bahkan ternyata dengan beberapa orang yang suka membuat ulah dengan negara lain, bisa menjadikan sebagian warganya juga ikut membenci negaranya sendiri. Tentu saja karena negaranya terus menerus membuat konflik dengan negara lain. Ini benar – benar pengalaman yang luar biasa dalam hidupku, karena Tuhan benar – benar membuka mataku agar aku sadar bahwa selama ini aku telah salah menilai orang. Dan aku lebih menyesal lagi saat sadar bahwa orang yang aku benci adalah orang yang kelak bisa membuatku jatuh cinta padanya.
            “ Gung, u ambil jurusan ap?”                                                
            “ Gw ambil komunikasi. U?”
            “ Gw bisnis. Wah, beruntung banget u. Tadi gw liat cewek cantik banget lagi nyari kelas. Dia komunikasi juga. Eh, kalo u uda kenal dia, kenalin gw y!”
            “ Dasar u! Uda sana masuk, gw juga mo masuk. Ntar ketemu di kantin y.”
            Di dalam kelas, tiba – tiba mataku tertuju pada seorang gadis cantik dengan rambut lurus, putih, lembut. Dan dalam hatiku berkata,” Siapa dia? Apa aku jatuh cinta pada pandangan pertama? Dia benar – benar tipe cewekku.” Aku langsung berkenalan dengannya.
            “ Halo, nama w Agung Pranata. Nama u?”
            “ W Tifanny Khrisma. Salam kenal.”
            Dalam hatiku berkata lagi,” Wah, ni cewek ga canggung kenalan ama orang baru. Ga neko – neko kaya cewek laen y.”
            “ Hai Agung sayang, ko kamu ninggalin aku sih! Kita duduk bareng y.” Langsung duduk di sampan Agung sambil memeluknya.
            “ Eh, Cas apa – apaan sih u.  Ga sopan banget!”
            “ Sori sayang. Eh, siapa nih?”
            “ Kenalin dia temen baru w namanya Tifanny. Fan, kenalin nih Casey Clow.”
            “ Well, sebenernya w bukan temen biasa buat Agung. Salam kenal y. Btw u tinggal di mana y?”
            “ Apa – apaan sih u! Dan kenapa u nanya dia tinggal di mana? Emang kalo dia tinggal di rumah yang jelek u bakal ngebully dia? Awas y u!”
            “ Ih, ko kamu ngomongnya gitu sih ama aku, Bab. Nggak ko, aku kan cuma nanya, gak apa – apa kan Fan?”
            “ Gak apa ko, w tinggal di asrama pasturan St. Angela karena w dari luar negri. W dari …..”
            “ Slamat pagi anak – anak. Hari ini kita belum akan memulai pelajaran. Kita hanya akan perkenlan satu sama lain. Baik, ibu akan mulai memperkenalkan diri. Nama ibu, Veronika. Ibu dosen komunikasi di Universitas Garuda ini. Ibu sudah 3 tahun mengajar di sini. Jadi ibu sangat berharap pada kalian semua untuk bisa seperti kakak kelas kalian yang sudah lulus dengan baik. Dan universitas ini bukan universitas yang bisa memberikan toleransi pada apapun. Jadi jika tidak bisa mengikuti peraturan yang ada di sini, silahkan keluar. Karena ibu menilai kalian bukan hanya dari pengetahuan, tugas, atau ulangan saja tapi juga sikap. Mengerti! Sekarang, ibu akan absent satu per satu dan ceritakan tentang diri kalian. Kalian masuk ke fakultas komunikasi harus bisa belajar berkomunikasi yang baik dan benar lebih dari anak – anak fakultas lain. Baik, ibu mulai dari Agung Pranata. Silahkan!”
            “ Saya Agung Pranata. Saya dari SMA Kanisius Jakarta. Hobi saya adalah bermain futsal. Trima kasih.”
            “ Berikutnya Casey Clow.”
            “ Saya Casey, saya dari SMA Theresia Jakarta. Hobi saya belanja dan nonton bioskop.”
            “ Hah, ya ampun. Baik, berikutnya Tifanny Khrisma.”
            “ Nama saya Tifanny Khrisma. Saya dari SMA Harapan Mulia Malaysia.”
            “ Wah, jauh sekali kamu kuliah di sini. Bisa beritahu kami kenapa kamu pindah ke Indonesia?”
            “ Apa? Dia dari Malaysia? Negara yang aku benci yang selalu membuat konflik dengan Indonesia? Hah, dasar! Seharusnya dari awal aku tidak boleh tertarik dengannya. Dia musuhku, dan aku harus mengalahkannya!” Agung menggerutu dalam hati.
            “ Ayah saya pindah bekerja di perusahaan di Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Jadi keluarga kami memutuskan untuk tinggal dan menetap di sini.”
            “ Dengar anak – anak, bukan berarti Negara kita yang selalu berkonflik dengan Malaysia membuat kalian membenci Tifanny. Anggap dia sebagai teman kalian juga, bukan musuh. Ibu tidak mau ada permusuhan di sini. Mengerti!”
            “ Sam, u tau ga masa di kelas w ada anak dari Malaysia!”
            “ Ha? Serius u? Yuk kita buli!”
            “ He! Jangan ntar w yang kena marah ma Bu Sinta. U mau baru masuk uda dapet SP. Sumpah w benci banget kalo tau begini ma dia.”
            “ Emang tadinya u suka ama dia? Hahahaha…..”
            “ Iya. Ooops!” Langsung menutup mulut.
            “ Ha? U jatuh cinta pada pandangan pertama? Hahahhaah…Agung, Agung. Emang dia secantik apa sih ampe bisa naklukin pangeran kaya u.”
            “ Tuh orangnya.” Menunjuk kea rah Tifanny.
            Tanpa bisa berkata – kata dan hanya melihat dengan tatapan penuh rasa kagum.
            “ Woi! Kenapa, u suka juga? Emang dia perfect tapi kita harus inget dia dari mana. Setuju!”
            “ Setuju!”
            Hari demi hari aku lewati di kelas yang sama dengannya. Ternyata dia anak yang pandai dan rajin. Dia juga tidak seperti orang di negaranya yang aku benci. Dia baik dengan semua orang, dia juga mencintai hal – hal yang ada di Indonesia. Dan yang membuatku kaget, ternyata dia membenci pemerintahan di negaranya. Katanya, pemerintahan di negaranya selalu membuat konflik dengan Indonesia. Ini membuatnya cukup takut tinggal dan bergaul di Indonesia. Dia juga membuktikan bahwa semua hal yang diclaim oleh negaranya adalah asli milik Indonesia. Sering dia merasa sedih dan tidak enak hati dengan orang Indonesia yang tidak bisa berbuat banyak saat negaranya mengambil sedikit demi sedikit dari Indonesia. Rasanya ia ingin menentang apa yang dilakukan negaranya. Tapi dia tidak bisa, itu Negara tempat dia dilahirkan dan dibesarkan selama 17 tahun. Karena sudah tahu hal ini, maka aku mulai mau membuka diriku untuk ngobrol dengannya. Tapi aku tetap akan berusaha menutup hatiku untuknya. Karena walau bagaimana pun dia tetap musuhku.
            “ Fan, gimana tugas Bu Sinta, u uda selesai?”
            “ Lumayan, w tinggal ngirim email ke dia. Oh iya, Gung w mo ngomong serius ke u boleh?”
            “ Ha? Serius? Aaaaa…apa? Boleh ko, boleh hehehee…”
            “ W mo minta maaf, w tau u kesel banget ma negara w dan w takut u jadi ga nyama di kelas karna ada w. W ga mau nilai u kurang baik karna kehadiran w di kelas yang bikin u kesel tia hari dan u jadi ga konsen ama pelajaran.”
            “ Gak apa – apa ko. W jadi yang harusnya minta maaf ke u kalo u uda jadi susah begini gara – gara sikap kekanak – kanakan w selama ini.”
Mendengar perkataan perkataannya kemarin, hatiku semakin luluh dan semakin tidak terkendali. Seolah perasaan suka yang aku kandangin di hatiku berontak dan ingin keluar karena perasaan itu sepertinya telah tumbuh besar dari hari ke hari. Ya Tuhan bagaimana ini? Kenapa ini terjadi? Aku harus bagaimana? Setiap hari aku merenung, memikirkan, sambil terus menjalani hari – hari dengannya. Yang membuatku semakin akrab dengannya, sampai akhirnya kami tahu keluarga dan kehidupan pribadi kami masing – masing. Dan akhirnya aku sadar bahwa aku benar – benar mencintainya.
            Setelah 6 bulan berkenalan akhirnya aku memutuskan untuk mengakui perasaanku padanya. Aku sadar bahwa aku salah sudah membencinya. Aku harap dia mau memaafkanku dan menerima cintaku.
            “ Hai, Fan w mo ngomong penting ama u boleh?”
            “ Boleh mo ngomong apa?”
            “ U dengerin w dulu ampe selesai tanpa komentar y, nanti w pasti kasih kesempatan u bicara. Sebenernya dari awal w ketemu ama u, w udah suka ama u. U satu – satunya cewek yang gak agresif pas ketemu w. W ngerti mungkin u belum tau siapa w. Tapi setelah kita berteman sekian lama dan u uda tau siapa w, u tetap santun. U gak pernah mandang orang dari luar. U bener – bener beda ama orang – orang di negara u. Dan w minta maaf kalo w uda benci banget ma negara u. W sadar ga semua orang jelek di negara u. Dan w janji w akan buang jauh – jauh perasaan itu. Sekarang w mo tanya ke u, u mau ga jadi pacar w?”
            “ Gak apa ko, w sadar mungkin beberapa orang di negara w emang buat warga negara u kesal dan w memaklumi itu karna itu sudah sepantasnya u miliki. Kalo w jadi u, w juga pasti kesel. Kalo soal itu, w harus izin ke orang tua w dulu. Mereka harus tau siap yang jadi pacar w. W harap u mau ketemu mereka dulu. Kalo mereka setuju, ehm…w mau ko jadi pacar u.”
            Dengan rasa senang aku ikut ke rumah Tifanny untuk makan malam dan berkenalan. Kami berbincang – bincang dengan nyaman tanpa adanya rasa canggung perbedaan kewarganegaraan. Mereka tidak pernah mempermasalahkan konflik antarnegara kami. Malah mereka yang merasa tidak enak karena ulah warga negaranya. Sungguh aku menyesal memiliki perasaan seperti itu dulu. Ternyata Tuhan benar – benar menunjukan bahwa aku salah besar menilai orang, dan aku harus menebusnya.
Setelah izin dari orang tua Tifanny aku dapatkan kita pun memulai hubungan kami sebagai sepasang kekasih. Sekarang giliran orang tuaku. Tapi, ayahku tidak seperti mereka. Ayahku sepertiku dulu yang menganggap orang dari Negara tetangga itu musuh yang menyebalkan. Tapi aku tetap optimis, aku bisa merubah karakterku dengan usaha sendiri, aku pasti bisa mengubah pemikiran ayahku yang lebih dewasa.
“ Ma, Pa besok aku mau bawa Tifanny ke sini buat makan malam y.”
            “ Silahkan papa tidak melarang. Ternyata kamu sudah dewasa y hahahaha…”
            “ Tapi Pa, Ma aku mau kasih tau ke kalian kalo Tifanny itu asli orang Malaysia. Dia pindah dan menetap di sini karna …….”
“ Apa? Tidak papa tidak setuju kamu bergaul dengan dia. Kamu tidak ingat apa yang mereka perbuat pada kita! Pokoknya papa tidak suka dengan dia!” Langsung meninggalkan ruang makan.
“ Pa, tunggu….! Ma, mama bisa kan bantu aku? Mama setuju kan ama pilihanku selama itu baik buat aku?”
“ Sayang, mama tidak seperti ayah kamu. Kamu tenang aja. Besok tetap bawa dia untuk makan malam di sini. Mama akan masak yang special buat gadis kamu.”
“ Tapi papa?”
“ Kamu tenang aja, jika sikap papa kamu buruk, mama yang akan kendalikan dan mama yang akan jelaskan ke Fanny jika kamu gak bisa.”
            “ Makasih banyak y ma.”
Di kampus sebelum mengundangnya makan malam di rumahku, aku menjelaskan keadaan papaku ke Fanny. Ternyata memang dia adalah oang baik dan aku tidak salah memilihnya, dia mengerti dan tetap mau makan malam di rumahku. Aku hanya bisa berharap dia bisa meluluhkan hati papaku.
“ Slamat datang silahkan masuk. Saya ibunya Agung.”
“ Saya Tifanny, senang berkenalan tante.”
“ Pa, kenalin ini Tifanny pacarnya Agung. Silahkan duduk, Fan!”
“ Apa kabr om? Makasih tante.”
“ Agung papa mo jelasin sama kamu. Sebenarnya papa dan mama sudah menjodohkan kamu dengan Casey. Dia anak teman baik papa. Katanya dia satu kampus dengan kamu. Apa itu benar?”
“ Apa? Papa apa – apaan sih main jodoh – jodohin aku. Aku kenal siapa Casey dan aku ga akan pernah mau sama dia. Maaf pa kalo aku lancing.”
            “ Jangan kurang ajar kamu! Asal kamu tau, papa juga tidak akan setuju kamu sama dia, NGERTI!”
Di kampus aku berusaha menjelaskan kejadian semalam agar Fanny tidak marah padaku. “ Fan, soal yang semalem….”
“ Denger Gung, aku sama sekali ga marah ama kamu dan orang tuamu. Tapi aku ga mau hubungan kamu dan ayah kamu rusak kaya gini gara – gara aku. Aku ga mau jadi penyebab hancurnya kluarga kamu. Sebenarnya aku berat buat ngomong ini tapi ini lebih baik buat hubungan kita ke depan. Kita putus aja y?”
“ Apa? Jangan, aku ga mo. Denger, aku bisa atasin masalah ini. Kamu ga usah ikut campur dulu. Aku akan beresin dan buat papaku nerima kamu. Pokoknya aku ga mau kita putus! Please jangan putusin aku. Kasih aku waktu buat selesain masalah ini. Kamu mau kan?”
“ Tapi……”
“ Please Fan, aku ga mau putus!”
“ Tapi kalo ga bisa, aku cuma ga mo hubungan kamu dan papa kamu tegang terus kaya gini. Dan satu – satunya cara kita harus putus y.”
“ Aku pasti bisa.”
Sambil meninggalkan Agung, aku kembali ke kelas dengan menahan tangis. Tapi di toilet aku tidak bisa membendung tangisku. Aku menangis tanpa suara. Mungkin ini tangisanku yang paling sedih selama hidupku. Rasanya benar – benar sakit mengatakan itu semua. Ya Tuhan, dia pacar pertamaku. Cowok pertama yang begitu berarti untukku. Kenapa jika dia bukan milikku tapi Kau berikan dia padaku?
Selama berhari – hari hubungan kami masih dikatakan backstreet sejak kejadian malam itu. Setiap hari aku berfikir cara untuk mengatakan semua ini pada papaku. Tapi aku malah mendapat kabar buruk. Bahwa di hari ulang tahunku, papaku dan orang tua Casey memutuskan untuk menjodohkan aku di depan para undangan. Aku tidak bisa menyembunyikan ini dari Fanny, walupun aku tahu dia pasti akan sakit hati. Tapi dia tahu bahwa aku hanya mencintai dia.
Di hari ulang tahunku, aku terpaksa tidak mengundang Fanny. Ternnyata benar, ayahku menjodohkan aku malam itu dan kami pun bertunangan. Dengan sedih aku menuruti semua perkataan ayahku. Karena di satu sisi aku tidak mau membuat orang tuaku malu dengan para undangan yang hadir. Para undangan bukan orang biasa, tapi para orang terhormat dari perusahaan ayahku. Lalu akhirnya aku memberanikan diri bicara.
“ Slamat malam para undangan sekalian mohon perhatiannya sebentar. Saya mau bertanya apakah ada dari kalian yang membenci warga Malaysia?”
Ternyata Tuhan membantuku malam itu. Banyak para undangan menjawabku.
“ Tidak. Walaupun sebagian dari mereka sering berbuat konflik dengan kita.”
“ Tidak. Karena tidak semua orang Malaysia itu buruk.”
            “ Tidak. Karena mereka tetap menerima kita dengan baik saat kita ke sana.”
            “ Tidak. Karena mereka menerima anak saya dan berteman dengan baik tanpa ada masalah kewarganegaraan.”
“ Trima kasih banyak atas jawabannya. Saya akan bertanya sekali lagi. Apakah pantas jika kita membenci orang Malaysia yang tinggal di sini karena kesalahan yang bukan dia perbuat?”
“ Sama sekali tidak! Siapa orangnya?”
            “ Apa hak orang itu?”
            “ Dia sungguh membuat warga Indonesia malu dengan perbuatannya.” Para undangan menggerutu dan membuat gaduh dengan teriakan – teriakan.”
“ Baik. Cukup. Terima kasih. Maaf jika saya membuat papa malu malam ini. Tapi saya benar – benar sudah tidak tahan dengan sikap papa. Kalau papa hanya melarang saya berteman dengan Fanny, saya terima. Tapi kalau papa sudah mengambil hak saya untuk memilih yang terbaik untuk saya dengan perjodohan seperti ini, saya tidak bisa terima. Saya juga minta maaf kepada Tuan dan Nyonya Clow, kalau saya tidak bisa bertunangan dengan Casey. Karena saya mencintai wanita lain.”
Di luar dugaanku, para undangan seolah mendukungku dengan menggerutu menyinggung papa. Mereka sepertinya juga tidak suka dengan perbuatan papaku. Dan mamaku juga setuju denganku, dengan tersenyum bahagia. Yang membuat aku semakin bahagia lagi, ternyata walaupun Casey marah dengan perbuatanku, tapi kedua orang tuanya mengerti maksudku.
“ Agung, om dan tante benar – benar minta maaf. Kalau kami tahu ini memaksakan kamu, kami pasti akan menolaknya dari awal. Kami memang sangat ingin kamu menjadi pendamping Casey, tapi jika tanpa cinta kami juga tidak bisa memberikan Casey. Kami hanya berharap ada orang yang benar – benar tulus mencintai Casey. Dan untuk Pak Pranata, kami harap bapak sadar apa yang telah bapak perbuat. Kami pemisi.”
“ Terima kasih banyak atas pengertian kalian semua, saya benar – benar minta maaf atas ketidaknyamanan ini.”
“ Iya, kami juga berharap tidak ada orang tua seperti Pak Pranata.”
Para undangan pulang dengan kesal atas perilaku papa. Tapi itu yang pantas dia dapatkan. Dan untukku, semoga besok lebih baik dari mala mini. Aku benar – benar bersyukur Tuhan membantuku.
Besoknya di kampus aku memberitahu semua yang terjadi kemarin malam kepada Tifanny. Dia benar – benar cewek terbaik yang pernah aku temui. Dia malah merasa tidak enak pada papaku yang malu di depan semua rekan bisnisnya. Tiba – tiba aku mendapat telepon dari ibuku. Dia mengatakan bahwa ibu mengundang Fanny makan siang. Karena ayah mau bicara dengannya. Di satu sisi aku penasaran, apa papa masih akan membenci Fanny atau lebih parah karena kemarin dia sudah malu. Di sisi lain aku berfikir apa papa sudah sadar bahwa dia melakukan kesalahan?
Saat makan siang, aku sungguh tegang. Aku takut Fanny sedih lagi mendengar kemarahan papa.
“ Fanny, om mau minta maaf. Om sadar kalo om sudah melakukan kesalahan besar. Om hanya mengikuti kemauan hati om tanpa memikirkan orang lain termasuk anak om sendiri. Om harap kamu mau memaafkan om.”
“ Iya om tentu. Trima kasih om dan tante sudah menerima saya dengan baik.”
“ Kalau begitu bagaimana jika nanti malam kita makan malam bersama di restoran dengan orang tuamu. Karena saat pesta ulang tahun Agung kemarin kalian tidak om undang.”
            “ Trima kasih om atas undangannya. Orang tua saya pasti sangat senang.”
Sejak makan malam itu,hubungan kami pun berjalan baik. Setelah lulus kuliah, kami pun memutuskan bertunangan dan pergi ke Malaysia untuk bekerja. Kami tidak mempermasalahkan perbedaan warga negara kami dalam hubungan kami kelak. Sehingga kami bisa hidup bahagia selamanya.

No comments:

Post a Comment