Thursday, October 6, 2011

Wartawan Foto

     Apa yang ada dibenak kalian ketika mendengar kata-kata di atas? Apakah seseorang dengan kamera DLSR ditangan, dan ransel besar dipunggungnya? Apakah tugasnya hanya memotret ?

    Pertanyaan mendasar itulah yang kerap difikirkan orang-orang awam. Memang ada benarnya, pewarta foto memang selalu berhubungan kamera dan kadang menggendong ransel besar berisi lensa dan peralatan pendukung lainnya. Namun ada yang tidak kalah penting dari itu, seperti kondisi fisik, wawasan, relasi dan konsep.

     Bulan Juli lalu, gue magang di Harian Kompas, tepatnya di Desk Metropolitan. Desk metropolitan adalah desk yang paling tidak bisa ditebak. Contoh saat liputan suatu acara di JCC, ternyata dapet info ada kebakaran di Tambora,  lantas gw langsung ke TKP dan motret di Tambora. Hal seperti itu yang menjadi “makanan” fotografer desk metro di media apapun.

     Setelah menyelesaikan magang di Kompas, gue melanjutkan di Harian WartaKota. Minggu awal gw magang disana, Redaktur Foto WartaKota, Alex Suban, sering memberikan masukan untuk teks foto dan sudut pemotretan. Masukan dan kritikan memang berguna, alhasil foto pertama gue dimuat dan berlanjut hingga hampir setiap hari foto jepretan gue dimuat di Wartakota atau Berita Kota. 

      Ada satu pengalaman yang pantas dibagi, waktu motret kedatangan Nazaruddin di Indonesia, gue nunggu doi dari jam 10 pagi sampai jam 1 pagi di KPK, itupun untuk 3 frame gambar yg disetor pada malam itu juga. So, dedikasi memang harus dimiliki seorang wartawan, kerja dengan tidak banyak mengeluh dan sesuai dengan deadline, adalah hal yang sangat dihargai.


       Kembali soal motret Nazar, waktu pemeriksaan awal di KPK, doi selalu nunduk, dan praktis gambar jadi jelek, karena ga keliatan sosoknya (mata). Ditambah kelopak mata atas sama bawah emang agak rapet jadi nunduk sedikit aja pasti keliatan merem, gimana menyiasatinya? Gw berinisiatif untuk motret dari low angle jadi matanya bisa keliatan.

DIPERIKSA KPK- Tersangka kasus dugaan suap wisma atlet, Muhammad Nazaruddin, tiba di Gedung KPK, Jakarta, Senin (22/8). Nazaruddin dimintai keterangan oleh Komite Etik KPK seputar tudingannya terhadap Wakil Pimpinan KPK, Chandra M Hamzah dan M Jasin.

       Intuisi, naluri, itu juga hal yang penting, gw punya satu pengalaman soal itu. Hari Selasa (27/9) siang, gw memutuskan untuk hunting buat desk metro, karena KPK dan Tipikor tidak ada ierita yang menarik (Kalah sama isu Bom Solo). Di Perjalanan gw lihat ada asap hitam mebumbung tinggi, gw kira orang bakar sampah, tapi kok gede banget, berhenti sebentar di daerah Setia Budi, gw celingak celinguk penasaran karena feeling gw ada kebakaran. Ga lama, terdengar sayup2 ada suara Branwir (Mobil Pemadam Kebakaran) ternyata benar, tuh mobil lewat, ga mikir lama gw langsung tancap gas dan ikutin Mobil Pemadam dari belakang. Ternyata kebakaran melanda daerah Benhil, Jakarta Pusat, alhasil gw juga jadi wartawan foto yang pertama dateng. 

RUMAH TERBAKAR- Sedikitnya 7 rumah dilahap si jago merah di Kelurahan Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (27/9). Kebakaran yang  diduga karena korsleting listrik ini, mendatangkan 26 mobil pemadam.

        Satu hal lagi yang harus digarisbawahi, bahwa caption(teks foto) menjadi kesatuan yang utuh dari fotojurnalistik, jangan segan bertanya walaupun jadi seorang wartawan foto. Kalo di Kompas, foto yang ga ada caption, langsung masuk “tong sampah”.  Jadi jangan lupa hakekat seorang waratawan, yaitu memberikan  informasi penting kepada masyarakat yang memerlukan.

       So bagi temen2 yang memang pengen jadi wartawan foto, semoga sedikit pengalaman gw tadi berguna bagi kalian. Salam.
RUMAH TERBAKAR- Sejumlah Petugas Pemadam Kebakaran Jakarta Pusat, dibantu warga, mencoba memadamkan api di Kelurahan Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (27/9). Dalam peristiwa ini, 7 rumah terbakar dan mendatangkan 26 mobil pemadam.




Paskalis Ludovicus
Jurnalistik 2008

No comments:

Post a Comment